Terkait sinyalemen sejumlah kalangan bahwa akan ada elite partai politik yang turut bermain di muktamar NU, pengamat politik Yudi Latif berpendapat dalam situasi sekarang ini, sudah pasti intervensi politik akan mewarnai suasana Muktamar NU nanti.
''Karena dalam situasi seperti ini, semua orang ingin mempunyai 'cantolan' di NU. Mereka merasa tidak cukup hanya di parpol saja,'' katanya di Jakarta, Senin (1/3).<>
Situasi seperti itu menurutnya tentu saja tidak sehat. Untuk itu ke depan NU harus menjaga jarak yang sama dengan semua parpol.
''Pimpinan NU ke depan haruslah sosok yang independen dan bukan merupakan titipan dari parpol,'' tandasnya.
Ia berpendapat Nahdlatul Ulama ke depan harus lebih fokus memposisikan diri sebagai kekuatan madani dan gerakan moral keumatan. ''Tuntutan jaman saat ini menuntut NU untuk tetap konsern sebagai kekuatan keumatan dan gerakan moral keagamaan,'' tandasnya.
Menurutnya, untuk mendukung tugas keumatannya itu NU mau tak mau harus melakukan penguatan institusi, tidak lagi mendasarkan kepada kharisma figur tertentu. ''NU harus mampu mentransformasikan kharisma individu menjadi kharisma institusi,'' katanya.
Menurut Yudi, muktamar mendatang harus menjadi titik tolak bagi NU untuk menentukan visi keumatannya ke depan. ''Untuk itu, NU harus mencari figur pemimpin yang memiliki kekuatan kultural dan tidak terlalu obsesif pada kekuasaan,'' tambahnya. (mad)