Warta

Yayasan Islam Buntet Temui Hasyim

Ahad, 19 Desember 2004 | 01:34 WIB

Jakarta, NU Online
Sejumlah kiai yang tergabung dalam Yayasan Islam Buntet, Cirebon menyatakan mendukung kepemimpinan Hasyim Muzadi sebagai Ketua Umum PBNU. Para kiai Buntet menemui Hasyim Muzadi di kantor PBNU, Jl. Kramat Raya, Jakarta, Sabtu (18/12/2004) sekitar pukul 16.00 WIB. Pertemuan mereka dengan Hasyim berlangsung tertutup.

Para kiai itu antara lain Ketua yayasan pendidikan Islam Buntet pesantren KH Adib Rofiuddin Ihza, Sekretaris bidang pendidikan Buntet Pesantren KH Aris Ni'matullah, salah satu pendiri Buntet Pesantren Salim Effendi Anas. "Kami menerima, menghormati dan menghargai hasil muktamar. Secara kelembagaan kami mendukung KH Hasyim Muzadi," kata Adib Rofiuddin Ihza.

<>

Ditanya pernyataan Gus Dur yang mengaku mendapat dukungan dari sesepuh dan pendiri Ponpes Buntet KH Abdullah Abbbas, Adib menyatakan hal itu terjadi dengan memanfaatkan keuzuran Abdullah Abbas. "KH Abbas sudah uzur dan sepuh. Dengan keuzuran beliau banyak yang memanfaatkan," kata Adib.

Menurut Adib, kedatangan mereka untuk menjelaskan kepada Hasyim pertemuan para kiai penolak Hasyim di pesantren itu yang tidak berarti menunjukkan sikap resmi pesantrennya. Selain itu, kata Adib, kedatangan mereka untuk mengundang Hasyim secara resmi atas nama yayasan pesantren hadir pada acara "haul" di Pesantren Buntet pada April tahun depan.

Sementara Hasyim Muzadi menyatakan, kedatangan para kiai dari Buntet itu untuk memberi tahu kepada dirinya tentang tidak dilibatkannya mereka dalam pertemuan Abdullah Abbas dengan Gus Dur yang menghasilkan mandat pembentukan NU tandingan. "Mereka tadi datang memberitahu saya kalau mereka tidak dilibatkan dalam pertemuan antara Gus Dur dengan KH Abdullah Abbas, 7 Desember 2004. Padahal untuk mengatasnamakan Buntet harus atas nama yayasan," kata Hasyim.

Hasyim juga menolak berkomentar tentang rencana Gus Dur menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) untuk membentuk NU tandingan. "Saya tidak perlu menanggapinya (MLB). seseorang boleh-boleh saja berwacana. Tapi tak perlu menstrukturkan diri. Selama itu menjadi wacana saya tak perlu menanggapi," katanya.

Abaikan Langkah Gus Dur

Ditempat  yang sama Hasyim Muzadi tidak memperdulikan pendaftaran organisasi NU versi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke Departemen Dalam Negeri (Depdagri) beberapa waktu lalu. "Yang menjadi kewajiban saya adalah yang apa-apa yang diamanatkan muktamar, di luar itu tidak," kata Hasyim yang menyatakan belum memperoleh informasi mengenai pendaftaran itu kepada wartawan.

Hasyim yang kembali terpilih sebagai ketua umum dalam muktamar NU ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah awal Desember lalu juga tidak mau mengomentari rencana Gus Dur menggelar muktamar luar biasa (MLB) NU pada Juni tahun depan.  "MLB itu ada aturannya di AD/ART dan untuk menggelarnya ada beberapa tahap yang harus dilalui, tapi karena itu masih wacana saya tak mau menanggapi, kecuali kalau nanti benar-benar terjadi," katanya.

Sementara mengenai langkah mufaroqoh (pemisahan diri) terhadap PBNU oleh Gus Dur dan sejumlah pendukungnya karena tidak menyetujui hasil muktamar, Hasyim menyatakan, boleh-boleh saja tidak setuju hasil muktamar namun hal itu hendaknya tidak dilakukan dengan menstrukturkan diri. "Boleh saja tidak setuju hasil muktamar, tapi harus disadari muktamar merupakan forum tertinggi sehingga tidak ada perseorangan yang bisa membatalkan hasil muktamar," katanya. (cih)

 


Terkait