Warta

Wayangan Bersama Gus Dur Berlangsung Meriah

Sabtu, 3 Juli 2004 | 02:36 WIB

Jakarta, NU Online
Acara wayangan bersama Gus Dur yang diselenggarakan di rumah Gus Dur daerah Ciganjur berlangsung meriah. Pengunjung yang datang dari berbagai kalangan penuh sesak memadati area area wayangan tersebut. Selain warga PKB dan tokoh nasional, tampak juga beberapa bule.

Wayangan dengan mengambil judul Bale Sigala-gala tersebut merupakan pembukaan dari rangkaian acara ulang tahun PKB yang ke 6. Gus Dur dalam ceramahnya menyatakan bahwa sebenarnya wayangan tersebut akan digelar di kantor DPP PKB, akan tetapi karena tempatnya terlalu sempit maka ditempatkan di Ciganjur.

<>

Sebelum memberikan pengantar dari Gus Dur, secara simbolis Dalang Ki Enthus menyerahkan lukisan Bagong kepada Gus Dur yang disimbolkan menggambarkan kepribadian Gus Dur sebagai orang yang merakyat. Kemudian setelah turun dari panggung, Gus Dur menyerahkan satu wayang kepada dalang kondang tersebut sebagai tanda dimulainya wayangan. Beberapa pelawak juga hadir dalam acara tersebut seperti Timbul dan Parwoto.

Dengan joke-jokenya yang segar Ki Enthus mampu mengocok perut para penonton dengan menyindir para politisi yang saat ini sedang berebut kekuasaan. Sayang sekali acara tersebut dalam bahasa Jawa sehingga mereka yang tak paham bahasa Jawa tak mengerti apa-apa.

Hampir sebagian besar jajaran PKB tampak dalam acara tersebut seperti Alwi Syihab, AS Hikam, Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, Wiranto-Sholah, dari PBNU tampak hadir Plh PBNU Masdar F. Mas’udi, Sekjen PBNU Muhyiddin Arubusman, Cecep Syarifuddin, Rozy Munir dan Masduki Baidlowi.

Tampak dari jajaran Golkar Slamet Efendi Yusuf dan juga Ketua Partai Demokrat Budhi Santoso. Namun demikian, Amien Rais yang dikabarkan akan hadir tak terlihat.

Kisah Bale Sigala-gala menceritakan tentang proses penyerahan kekuasaan dari Kurawa ke Pandawa. Pandawa sebenarnya lebih berhak memegang tampuk kekuasaan, namun karena sebelumnya dianggap belum dewasa, maka tahta diserahkan ke Kurawa dan saat itulah direncanakan adanya penyerahan kekuasaan.

Dengan akal liciknya, Patih Sengkuni berusaha membunuh Pandawa di Bale Sigala-gala yang merupakan bangunan yang sangat mudah terbakar. Berkat bantuan dari musang putih, maka seluruh keluarga Pandawa dapat selamat dan kemudian mendirikan kerajaan baru dengan nama Amarta yang sebelumnya merupakan hutan belantara.

Kisah Pandawa-Kurawa tersebut merupakan kisah yang sangat panjang yang pada akhirnya menimbulkan perang Batharayudha. Pada akhirnya, seluruh kurawa mati dan pandawa kembali menguasai kerajaan Astinapura yang menjadi haknya.

Acara rakyat tersebut tak disia-siakan oleh para pedagang, baik yang sekedar berjualan makanan ataupun yang menjual berbagai atribut wayang seperti wayang, blangkon, maupun kaos bergambar wayang yang unik yang dijual 25.000-an.(mkf)


Terkait