Utusan Syeikh Al-Azhar Pimpin Shalat Ghaib untuk Gus Dur di Kairo
Ahad, 3 Januari 2010 | 11:38 WIB
Tepat pukul 15.00 waktu Kairo, Sabtu lalu, setelah menunaikan shalat Ashar berjamaah di Hall Wisma Duta KBRI Cairo, Utusan Grand Syeikh Al-Azhar Al-Syarief, Syeikh Abdul Mun’im Faudah yang juga Pembina Asrama Mahasiswa Asing Al-Azhar memimpin shalat ghaib untuk almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Seusai shalat gaib dilanjutkan dengan pembacaan yasinan dan tahlilan yang dipimpin oleh Irwan Maulana, Staf KBRI Cairo.
Dalam sambutan duka citanya, Syeikh Abdul Mun’im menerangkan bahwa Gus Dur adalah ‘ibnu madinah al buuts al Islamiyah’, Gus Dur tumbuh cerdas di Asrama Mahasiswa Al-Azhar dan ia menyatakan hingga saat ini mahasiswa Indonesia adalah penghuni terbesar di asrama Al-Azhar buuts.<>
“Saat ini lebih dari 450 pelajar putra dan 87 pelajar putri Indonesia yang tinggal di asrama Al-Azhar’, terang Syeikh Abdul Mun’im.
Dalam sambutan Duta Besar RI, A. M. Fachir menyatakan bahwa Gus Dur adalah seorang tokoh pluralis yang memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh warga Indonesia untuk menjalankan prinsip-prinsip beragama dan satu satunya tokoh yang menyerukan pembukaan hubungan dengan Israel.
"Sebagai alumni Al-Azhar yang teguh pendirian Gus Dur tetap mengharapkan adanya hubungan dengan Israel meski banyak kecaman dan kontroversi," tutur A. M. Fachir yang menggunakan kemeja taqwa warna coklat. Mari kita doakan dan teladani kerangka hidup belia, imbuhnya.
Selain KBRI Cairo, Masjid Asrama Al-Azhar dan komunitas Madrasah Rasail Nur Turki di Distrik Tagammu Awwal, Nasr City Cairo juga menyelenggarakan shalat gaib untuk almarhum Gus Dur.
Almarhum Abdurrahman Wahid, pada tahun 1963 menerima beasiswa dari Kementrian Agama RI untuk belajar di Universitas Al Azhar. Selama di Kairo, selain aktif berorganisasi dan memimpin jurnal mahasiswa, dia juga pernah bekerja di Kedutaan Besar Indonesia di kawasan Garden City sebagai Staf Unit Sandi dan Komunikasi.
Pada 1966, ia hijrah studi dan mendapatkan beasiswa di Universitas Baghdad, Irak. Setelah menyelesaikan kuliah sastra Arabnya di Baghdad pada 1970 Abdurrahman Wahid pergi ke Universitas Leiden Belanda untuk meneruskan pendidikannya, namun ia harus kecewa karena saat itu Universitas Baghdad tidak mendapat akreditasi dari pemerintah Belanda, akhirnya ia berpetualang ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971. (aan)