Upaya penyatuan kalender Islam Hijriyah di Indonesia terus dilakukan. Sabtu (16/5) siang kemarin Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) menerima kunjungan Komite Penyatuan Penanggalan Islam (KPPI), sebuah tim yang dibentuk oleh Yayasan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB).
Rombongan KPPI yang dipimpin oleh Moedji Raharto di terima Ketua PP LFNU KH Ghazali Masroeri di ruang pertemuan lantai 4 Kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat. Kedatangan KPPI merupakan kunjugan balasan. Bulan Agustus 2008 lalu PP LFNU mendatangi acara peresmian KIPP di Masjid Salman ITB.<>
KH Ghazalie Masroeri menyatakan, LFNU menyambut baik setiap upaya penyatuan kalender Islam. ”Kami siap memberikan kontribusi kapan apabila diperlukan,” katanya.
Dalam pertemuan itu LFNU memberikan buku Pedoman Hisab dan Rukyat Nahdlatul Ulama dan kalender Islam yang disusun oleh LFNU.
Menurut Kiai Ghazalie, LFNU sendiri sudah empat kali bertemu dengan Majelis Tarjih Muhammadiyah. Pertemuan pertama diadakan di kantor Departeme Agama, kedua di kantor Wakil Presiden RI, ketiga di kantor PBNU Jakarta dan keempat di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.
Pertemuan kelima rencananya akan diadalakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta bersama ormas Islam lainnya namun belum bisa terealisir.
Moedji Raharto menyampaikan, upaya-upaya yang dilakukan oleh NU telah mempersempit perbedaan dalam penyatuan kalender.
Menurutnya KPPI sendiri juga terus melakukan diskusi dan pertemuan-pertemuan dengan ormas Islam lainnya untuk mewujudkan penyatuan kalender Islam di Indonesia yang menjadi cita-cita bersama. ”Dalam waktu dekat kami akan mengadakan pertemuan untuk membahas lebih teknis lagi,” katanya.
Kiai Ghazalie menambahkan, upaya-upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk mewujudkan penyatuan kalender Islam sudah menampakkan hasil.
”Sebetulnya sudah ada kemajuan. Paling tidak saling pengertian sudah meningkat. Perbandingan argumentasi sudah dilakukan. Kalau semakin sering kan lama-lama cinta,” katanya. (nam)