Makassar, NU Online
Masyarakat Aceh Selatan masih menganggap kalau Nahdlatul Ulama itu partai politik, sehingga dalam pengembangannya NU menjadi tersendat lantaran pemahaman yang keliru tersebut. Garapan utama yang digulirkan dalam programnya pun berfokus pada mengembalikan citra NU sebagai Jamiyah dan Jamaah.
“Fokus kami mengubah image, agar masyarakat tidak lagi memandang NU sebagai Partai Politik,” papar Wakil Ketua PCNU Aceh Selatan Tengku Alizar di sela Muktamar NU di Makassar, Senin (22/3). />
Menurutnya, PCNU sedang gencar melakukan sosialisasi agar tidak lagi dipandang sebagai partai politik. “Alhamdulillah, pandangan tersebut, kini sudah mulai berubah sering dengan perkembangan dunia informasi dan teknologi,” terangnya.
Sementara, kata Alizar, pusat kegiatan NU di Aceh Selatan atau Tapak Tuan masih berpusat di Dayah. Dayah itu semacam pesantren yang di miliki NU. “Tapi Perti juga memiliki Dayah juga,”ujarnya.
Dia juga memandang, kalau kemampuan manajemen dan kepemimpinannya masih lemah. Kalau berbicara masalah kitab tidak perlu disoal. Tapi ketika berbicara manajemen dan kepemimpinan masih lemah. “Ini yang menjadikan NU di Aceh Selatan masih tersendat,” ungkapnya.
Untuk itu, dia sangat mengharap ada sentuhan pengurus PBNU mendatang untuk lebih sering turun ke bawah. Sehingga akan melihat secara langsung kondisi NU di daerah sekaligus memberi solusi terbaik bagi pengembangan NU lebih lanjut. “Jangan sampai, pengembangan NU, maaf hanya berkutat di Jawa apalagi di Jawa Timur saja,” harapnya.
Meski demikian, dia sangat mendukung penuh PWNU Aceh untuk menjadi Tuan Rumah Muktamar ke-33 mendatang. “Kami berharap banyak, Muktamar ke-33 mendatang bisa di gelar di Aceh sehingga bisa lebih merata pengembangan NU di Indonesia Barat,” pintanya.
Dari 16 MWC yang dimilikinya, sambung Alizar, semuanya telah sepakat untuk mendukung penuh permintaan Aceh sebagai Tuan Rumah Muktamar mendatang. “Mudah-mudahan bisa terkabulkan, seiring dengan naiknya grafik kemajuan NU di wilayah kami,” pungkas Alizar yang didampingi Rais Syuriyah PCNU Aceh Selatan Tengku Arbia Ahmad. (was)
Masyarakat Aceh Selatan masih menganggap kalau Nahdlatul Ulama itu partai politik, sehingga dalam pengembangannya NU menjadi tersendat lantaran pemahaman yang keliru tersebut. Garapan utama yang digulirkan dalam programnya pun berfokus pada mengembalikan citra NU sebagai Jamiyah dan Jamaah.
“Fokus kami mengubah image, agar masyarakat tidak lagi memandang NU sebagai Partai Politik,” papar Wakil Ketua PCNU Aceh Selatan Tengku Alizar di sela Muktamar NU di Makassar, Senin (22/3).
Menurutnya, PCNU sedang gencar melakukan sosialisasi agar tidak lagi dipandang sebagai partai politik. “Alhamdulillah, pandangan tersebut, kini sudah mulai berubah sering dengan perkembangan dunia informasi dan teknologi,” terangnya.
Sementara, kata Alizar, pusat kegiatan NU di Aceh Selatan atau Tapak Tuan masih berpusat di Dayah. Dayah itu semacam pesantren yang di miliki NU. “Tapi Perti juga memiliki Dayah juga,”ujarnya.
Dia juga memandang, kalau kemampuan manajemen dan kepemimpinannya masih lemah. Kalau berbicara masalah kitab tidak perlu disoal. Tapi ketika berbicara manajemen dan kepemimpinan masih lemah. “Ini yang menjadikan NU di Aceh Selatan masih tersendat,” ungkapnya.
Untuk itu, dia sangat mengharap ada sentuhan pengurus PBNU mendatang untuk lebih sering turun ke bawah. Sehingga akan melihat secara langsung kondisi NU di daerah sekaligus memberi solusi terbaik bagi pengembangan NU lebih lanjut. “Jangan sampai, pengembangan NU, maaf hanya berkutat di Jawa apalagi di Jawa Timur saja,” harapnya.
Meski demikian, dia sangat mendukung penuh PWNU Aceh untuk menjadi Tuan Rumah Muktamar ke-33 mendatang. “Kami berharap banyak, Muktamar ke-33 mendatang bisa di gelar di Aceh sehingga bisa lebih merata pengembangan NU di Indonesia Barat,” pintanya.
Dari 16 MWC yang dimilikinya, sambung Alizar, semuanya telah sepakat untuk mendukung penuh permintaan Aceh sebagai Tuan Rumah Muktamar mendatang. “Mudah-mudahan bisa terkabulkan, seiring dengan naiknya grafik kemajuan NU di wilayah kami,” pungkas Alizar yang didampingi Rais Syuriyah PCNU Aceh Selatan Tengku Arbia Ahmad. (was)
