Warta

Ulama, Pancasila, UU hanya Dijadikan Topeng

Selasa, 27 September 2011 | 11:42 WIB

Tegal, NU Online
Saat ini yang dirasakan di Indoensia ini, adanya ulama, pancasila dan undang-undang hanya dijadikan sebagai topeng. Hal ini dikatakan oleh mantan panglima berani mati, KH Nuril Arifin atau yang biasa dikenal Gus Nuril.
<>
Menurutnya, bangsa ini sekarang sudah tidak lagi mencintai ulama, menjalankan pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. Hal ini dapat dilihat dari negara yang berazaskan pancasila dan undang-undang 45, tetapi tidak mencerminkan nilai dalam azas tersebut. Karenanya pihaknya bersama dengan pemuda khususnya warga NU membuat wadah yang diberi nama Gusdurian atau pecinta KH Abdurrahman Wahid (Alm), yang didalamnya merupakan orang-orang yang siap mengabdi kepada negara dengan menjunjung tinggi pluralis, keadilan, kesatuan dan silaturahim.

“Ini merupakan tugas kenabian, siapa yang cinta pada ulama, maka akan cinta kepada nabi, siapa yang cinta kepada nabinya maka akan cinta kepada Allah SWT. Sementara ini banyak orang yang sudah tidak lagi mencintai ulama,” katanya, pada saat pemotretan KTA Gusdurian, di Gedung serba guna milik Warga NU, Tembok Kidul Adiwerna Tegal, Ahad (25/9).

Dilanjutkan, sekrang ini landasan bangsa ini yakni pancasila juga sudah tidak lagi menjadi pegangan para pemimpinya. Hal ini tercermin dalam sila keempat, namun dalam pemilu di Indonesia sudah tidak lagi mengaplikasikan sila tersebut. Begitu juga dengan undang-undang, yang seharusnya Undang-Undang Dasar 1945 ini tidak boleh diamandemen. Namun sekarang ini Undang-undang yang dipakai oleh negara adalah Undang-undang yang diamandemen pada tahun 2002, padahal belum dilembar negarakan.

“Negara ini banyak pemimpin kita seenaknya sendiri dalam menjalankan roda kenegaraan. Coba bayangkan, badan anggarann di DPR RI sekarang ini melakukan boikot, padahal seharusnya itu sudah menjadi tugas mereka sebagai anggota DPR. Hal yang demikian berarti mereka memboikot negara, kan ini sangat memperihatinkan,” ungkapnya.

Dengan melihat seperti ini, pihaknya melakukan revolusi taman hati, dengan mengajak kepada masyarakat untuk mencintai ulama dengan bergabung bersama gusdurian.

“Kami akan berusaha mengembalikan Pacasila, UUD 1945 dan merah putih sebagai pegangan bangsa ini,” ujarnya.

Ditambahkan, bahwa rakyat ini sudah banyak yang ditipu oleh para pemimpin bangsa. Ia menjelaskan, bahwa negara ini telah dibantu oleh oganisasi moneter yang seharusnya diberikan kepada rakyat, namun sampai sekarang banyak rakyat yang tidak menerima bantuan tersebut. Justru bantuan itu dipakai untuk kepentingan partai-partai.

“Biarlah para pemimpin kita, jika memang tidak baik, pasti Allah akan mengutus siap yang akan memperbaikinya. Tugas kita adalah bagaimana rukun antar semuanya. Ulama Jihadnya adalah memberikan pengarahan jika para pemimpin salah, kita sebagai rakyat jihadnya adalah bagaimana memberikan doa kepada para pemipin kita supaya benar,” pungkasnya.

Gus Nuril sebelum melakukan deklarasi gusdurian sekaligus melakuakn pemotertan membuat KTP, dirinya memberikan ceramah diacara halal bihalal kaum Mushola Baiturohim Tembok Kidul, dengan diawali pembacaan syiir tanpo waton yang biasa dibacakan oleh Gusdur.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muiz


Terkait