Banda Aceh, NU Online
Ulama diminta berperan aktif memikirkan penyelesaian konflik yang saat ini terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dan lebih penting lagi, dalam penyelesain konflik ini ulama harus bersatu.
Hal itu dikatakan seorang ulama kharismatik di pantai barat-selatan Aceh, Abuya Tgk HM Nasir Waly Lc pada pembukaan pengajian mengenai pendalaman tafsir Al-Quran di Meuligo Bupati Aceh Selatan, pekan lalu, yang turut dihadiri sejumlah pejabat dan ulama setempat.
<>Menurut Abuya Natsir, konflik yang terjadi pada saat ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Karena itu akan menghancurkan masa depan generasi, sebab anak-anak akan terus hidup dalam suasana yang tidak menentu.
"Apakah konflik ini terus kita biarkan," katanya dalam nada tanya. Tentu tidak boleh dibiarkan terus berlarut-larut, tambahnya. Maka perlu diingat, persoalan di Aceh ini tidak akan bisa diselesaikan oleh TNI/Polri, tanpa dibantu seluruh masyarakat dan komponen yang ada di Serambi Mekkah. "Kita harus bersatu padu," katanya.
Ulama sebagai pemikir intelektual dan agamais di Aceh, katanya, tak boleh lagi berdiam diri. "Mungkin ada saudara kita yang di gunung mau turun, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Disinilah kita ulama untuk memikirkan dan mencari cara sebagai jalan keluar," saran Abu Nasir yang juga Ketua MPU Aceh Barat, putra Aceh Selatan ini.
Mungkin selama ini, menurut dia, ulama tak sering duduk dalam satu forum, sehingga bila ada dari salah seorang ulama memiliki saran dan pendapat untuk pemecahan persoalan umat atau konflik saat ini tak tahu kemana harus dibicarakan. Maka lewat forum pengajian yang diprakarsai Bupati Aceh Selatan, tambahnya, bisa dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul dalam satu bulan sekali.
Perbincangan untuk mencari jalan keluar penyelesaian mengenai Aceh ini, tidak perlu terlalu dalam cukup dua atau tiga jam saja setiap bulannya seusai pengajian. Dari hasil pendapat yang diutarakan dalam forum tersebut kemudian olah kembali, sehingga sari pendapat tersebut baru dibawa dalam forum rapat dengan pihak pimpinan daerah dan TNI/Polri.
"Apalagi Pak Bupati Machsalmina telah berjanji siap mefasilitasinya untuk kegiatan pengajian dan forum tersebut," tambah Abu Nasir yang merupakan putra seorang ulama terkenal Aceh, Abuya Tgk. Syech Muda Wali Al-Khalidy ini.
Sebab pihaknya berkeyakinan, kalau buah pemikiran ulama yang dibaya ke pemerintah dalam kaitan penyelesaian konflik ini akan menjadi pertimbangan penuh. Karena ulama sebagaimana diketahui adalah orang netral. "Kenetralan ulama harus dipertahankan, karena kita dalam hidup ini hanya memikirkan kepentingan umat dan tidak persoalan politik lainnya," pintanya.
Kegiatan pengajian pendalaman Tafsir Al-Qur'an yang diikuti ratusan peserta dipusatkan di Hall Meuligo Bupati Aceh Selatan berlangsung dua kali dalam sebulan. Untuk tahap awal dengan melibatkan seluruh ulama Aceh Selatan sebagai tenaga pengajar(kd-mhr).