Warta

Tempat Kelahiran Nabi Muhammad Saw Selalu Dipenuhi Jemaah

Jumat, 30 November 2007 | 02:18 WIB

Mekkah, NU Online
Bagi umat Muslim yang menunaikan ibadah umroh dan haji, jika mendengar tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW yang berada di kawasan Masjidil Haram, Mekkah, pasti muncul keinginan kuat untuk mendatanginya.

Ini semata-mata kerinduan kepada Rasullallah SAW, kata seorang jemaah dari tanah air, Habibullah, usai berkunjung ke bekas kediaman Rasullallah SAW, Rabu (28/11).

<>

Tempat kelahiran Rasullah SAW ini memang tak jauh, sekitar satu km sebelah timur Masjidil Haram. Karena itu, bagi jemaah dari berbagai mancanegara selalu berebutan untuk memasuki rumah tersebut.

Usai menunaikan ibadah umroh, biasanya jemaah menyempatkan diri ke tempat makam Nabi Muhammad SAW. Tempatnya memang tak terlalu mewah. Hanya terbuat dari tembok pada umumnya di zaman sekarang. Jika didekati, diperkirakan ukurannya sekitar 300 meter2. Dari kejauhan, untuk mencapai tempat tersebut, semua orang seolah terhibur dengan pemandangan indah bukit batu yang melatarbelakanginya.

Belum lagi gerombolan burung merpati, yang bertebaran di lantai berlapis marmer putih kawasan Masjidil Haram. Panas terik tak akan dapat membendung niat semua umat Muslim untuk mendatangi tempat tersebut.

"Semua burung merpati di sini sudah berhaji. Tiap hari thawaf," kata Waka Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Asnawi Muhammadiyah, sambil berkelakar tentang banyaknya merpati di kawasan Masjidil Haram.

"Burung gereja di sini juga sudah haji," kata Asnawi lagi, yang disusul dengan pertanyaan mengapa pula ada burung gereja berhaji.

Mulanya Wakil Kepala Daerah Kerja (Waka Daker) bidang pelayanan ibadah ini tak mau teka-teki yang dilontarkan. Seolah semua orang yang mendengar penjelasan itu disuruh mencari jawaban sendiri.

Namun akhirnya ia pun tak mampu membuka cerita tentang burung gereja di kawasan Masjidil Haram, yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai burung Ababil. Burung ini menyelamatkan Ka’bah yang hendak dipindahkan oleh Tentara Gajah sebelum kelahiran Nabi Muhmmad SAW.

Jawaban Asnawi sederhana, "karena semua burung gereja di sini punya bulu putih di bagian kepalanya. Coba, perhatikan perbedaannya dengan burung gereja di Jakarta."  "Ah, benar juga, kan," kata pria berkulit hitam kurus tinggi ini.

Tentang tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW itu sendiri, para tenaga musiman -- dikenal sebagai Temus -- mengaku pernah mendengar tempat kelahiran Nabi itu akan dibongkar. Tujuannya untuk perluasan Masjidil Haram. Namun, entah mengapa, niat pemerintah setempat diurungkan.

"Saya dengar, pimpinan negara Islam dunia mengajukan keberatan kepada Pemimpin Arab Saudi. Sehingga, ya tempat kelahiran Nabi tetap seperti itu," kata Anto, Temus asal NTB yang sudah puluhan tahun bermukim di Mekkah.

Bagi umat Muslim yang hendak masuk ke tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, tak semudah yang dibayangkan. Seperti juga umat Islam lainnya, ketika mendekati Hajar Aswad, pasti dihalau Askar, aparat keamanan negeri setempat.

"Haram. Haram ..." begitu ucapan yang selalu keluar dari penjaga pintu bagi umat Muslim yang hendak melihat ke dalam ruang tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Penjaga ini kerap mengingatkan agar setiap pengunjung cukup melihat dari pintu saja. Tak boleh berlama-lama, untuk memberi kesempatan kepada umat Islam lainnya yang berkunjung ke tempat tersebut.

Tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW ini kini telah diubah menjadi perpustakaan umum. Namun tak semua orang bebas masuk pada musim haji 1428 H/2007. Hal ini untuk menghindari kemungkinan adanya kerusakan pada koleksi buku yang tersimpan di dalamnya.

Dahulu, di tempat tersebut, dibangun sebuah masjid oleh Al-Khaizuran, ibu dari khalifah Harun Al Rasyid pada Dinasti Abbasiah. Lantas dihancurkan dan dijadikan perpustakaan umum oleh Syaikh Abbas Qatthan pada 1370  H/1950.

Di situ tertulis huruf Arab "Maktabah Makkah al-ukarramah" (Perpustakaan Mekkah al-Mukarramah). Dan umat Muslim pun dari mancanegara selalu memadati tempat itu. Sebagai ungkapan rindu kepada Nabi akhir zaman, pemimpin-Nya, yang memberi syafaat hingga hari kiamat. (ant/sir)


Terkait