Warta

Tarekat NU Antisipasi Timbulnya Aliran Sesat

Ahad, 30 Januari 2011 | 22:48 WIB

Bukittinggi, NU Online
Tarekat atau thariqah menjadi salah satu sanana dalam membina spiritual umat yang dewasa ini tengah dilanda kegersangan nilai spritual. Umat tidak akan salah jalan dalam mendapatkan rasa spritual itu karena salah satu ciri thariqat itu adalah adanya silsilah gurunya dari Nabi sampai hari ini.

Hal itu terungkap pada Mudzakarah Kubro II Mursyid dan Khalifah Jam'iyyah Ahli Tariqah Al Mu'tabarah an-Nahdliyah (organisasi tarekat NU) se Sumatera Barat, di gedung Tri Arga Bukittinggi, Sabtu (29/1). Mudzakarah dalam rangka Harlah NU ke-85 dihadiri Ketua MUI Sumbar H Syamsul Bahri Khatib, Rois Al Ahli Thariqah Al Mu'tabarah Al Nahdiyah Sumatera Barat Prof H Salmadanis, dan sebagai keynote speaker Menteri Agama RI H Surya Dharma Ali.<>

Menurut Syamsul Bahri, ulama thariqat, khalifah atau masyaikh-masyaikh tariqat muktabarah perlu aktif lagi dan menyusun langkah untuk menggairahkan thariqat kembali. Baik secara perorangan maupun berorganisasi yaitu organisasi thariqat.

"Dengan terorganisir kembali, thariqat dapat mengantisipasi timbulnya aliran sesat yang menamakan dirinya thariqat. Thariqat muktabarah adalah thariqat yang berpahamkan sunni dan bermazhab. Keduanya, itu sangat pentingnya agar ada landasan keagamaan yang mereka anut," kata Syamsul Bahri.

Dikatakan Syamsul, thariqat di Minangkabau hendaknya bangkit kembali. Bisa memakai metode informasi, media elektronik, media cetak dan metode lainnya. Tentunya? memperdalam pengetahuan sehubungan dengan ilmu-ilmu keagamaan, karena syariat tidak berhaqiqat kosong, haqiqat tidak bersyariat batal.

"Ulama thariqat atau tasawuf masa lalu tidak menghujat. Kalaupun dihujat mereka diam saja. Komunikasi yang lebih intens dilakukan dengan Allah, bukan dengan manusia. Lidah mereka selalu basah dengan zikir kepada Allah. Sehingga ulama thariqat terpinggirkan dalam kehidupan masyarakat," kata Syamsul Bahri menambahkan.

Salmadanis mengungkapkan, di mana thariqat ada di suatu kampung, maka akan ada kedamaian di daerah tersebut. Sebaliknya, jika thariqat tidak ada, maka ditemui kegersangan kehidupan. Di Sumatera Barat, sejauh tidak ada lagi pengajian khusus di surau, maka thariqat pun tak ada lagi. Karena lewat pengajian khusus itu yang bisa thariqat dikembangkan. Saat ini pengajian di surau lebih banyak yang untuk masyarakat awam.

"Fenomena yang menarik dewasa ini adalah, mereka yang selama ini anti zikir, malah banyak yang berzikir. Pengajian yang kebanyakan dilakukan tak jelas siapa gurunya secara thariqat," tambah Salmadanis.

Salmadanis juga menyebutkan, para guru thariqat, khalifah dan mursyid selama ini memang tak jadi perhatian pemerintah. Karena itu melalui forum ini kita mengusulkan kepada gubernur, walikota dan bupati agar memberikan honor juga seperti pemberian honor pada garin masjid/surau, khatib. Toh para guru thariqat itu juga menjadi benteng agama Islam di tengah masyarakat.

Mudzakarah dibuka Gubernur Sumbar diwakili staf ahli Sudirman Gani, dihadiri kurang lebih 200 orang mursyid, khalifah dan undangan lainnya. Ikut memberikan sambutan Rais Syuriah PWNU Sumbar Prof Asassriwarni dan Ketua Tanfidziyah PWNU Sumbar Khusnun Aziz. (arm)


Terkait