Warta

Tangkal Radikalisme dan Terorisme, IPNU Gelar Youth Workshop

Senin, 7 Desember 2009 | 09:43 WIB

Bogor, NU Online
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) bekerjasama dengan Interfaith Cooperation Forum (ICF), Pusat Studi Pesantren, Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Urbanista Organization, YMCA Metro Jakarta, dan Initiatives of Change (IoC) menyelenggarakan Workshop Pemuda (Youth Workshop) 2009 di Kota Bogor mulai Jumat-Ahad (4-6 Desember).

Tema acara adalah Youth’s Strong Participation in Encountering Radicalism, Extremism, and Terrorism. Pesertanya dari kalangan pelajar SMU, santri pondok pesantren, dan aktivis NGOs di beberapa daerah.<>

Menurut Miftahul Huda, Ketua PP IPNU, workshop ini sengaja membidik segmen pelajar, santri, dan aktivis NGOs karena memandang mereka sebagai generasi muda yang paling efektif melakukan gerakan-gerakan kepemudaan di sekolah dan institusi masing-masing.

Tujuan workshop adalah untuk melakukan counter terhadap radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme yang marak belakangan ini, terutama pasca peledakan Bom di Hotel JW Marriot dan The Ritz Carlton di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Sebab, hampir semua pelaku berasal dari kalangan pemuda yang rentan terhadap bujukan ideologi sesat fundamentalisme oleh oknum yang mengatasnamakan agama sebagai pembenarannya,” ujar Anick HT, Direktur Eksekutif ICRP memaparkan.

Materi yang diberikan hari pertama adalah Extremism, Radicalism and Terrorism: An Overview on Global and Regional Context yang disampaikan oleh Kepolisian Resort Kota Bogor, dan Living Peaceful in Plural Society: Case study in America disampaikan perwakilan Kedutaan Amerika.

Hari kedua, Romo Benny Susetyo dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Guntur Romli, penulis buku Ustadz, Saya Sudah di Surga, memberikan materi The Impact of Extremism, Radicalism and Terrorism for Youth: What we can Do. Lalu, Mohamed Imron Thaib, aktivis pemuda Singapura, melanjutkan dengan materi  Youth Action in Promoting Peace: Singaporean Youth Experience.

Terakhir, Lily Zakiyah Munir dari CEPDES menyampaikan materi The Role of Religion to Building Trust of Strong Commitment and Effort in Encountering Extremism, Radicalism and Terrorism.

Dalam pesannya, Lily yang juga aktif melakukan pendidikan perdamaian untuk pelajar di Jawa Tengah dan Jawa Barat mengajak peserta untuk senantiasa mendengarkan suara hati kita dan berpegang teguh serta menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing.

Hari ketiga, semua peserta sebanyak 40 orang tersebut diminta untuk membuat rencana aksi dan pernyataan sikap untuk merumuskan tindak lanjut yang harus dilakukan pasca workshop.

Guntur Romli menjelaskan bahwa faktor internal, yakni pemahaman terhadap teks suci agama, dan faktor eksternal, yakni pengaruh globalisasi dan kapitalisme dunia internasional.

Sementara Romo Benny lebih banyak menjelaskan pentingnya beragama secara otentik, yakni beragama yang konsisten antara ucapan dan perbuatan, serta lebih mengedepankan suara hati pemuda dalam memfilter setiap ajakan orang-orang yang tidak dikenal.

Romo Benny meminta peserta agar tidak mengucilkan teman-teman mereka yang pendiam dan menyendiri, apalagi sampai memusuhi mereka. Sebab, bisa jadi merekalah yang rentan secara psikologis untuk dipengaruhi menjadi pengebom bunuh diri. (mad)     


Terkait