Sumanto Manusia Kanibal Sedot Pengunjung Pengajian Muharram
Sabtu, 18 Desember 2010 | 09:49 WIB
Masih ingat Sumanto ‘Si Manusia Kanibal’ dari Purbalingga Jawa Tengah yang menghebohkan dunia pada tahun 2003? Ternyata dia mampu menyedot pengunjung pengajian Muharram hingga mencapai puluhan ribu pengunjung.
“Kie bocah bandel, sampe saiki edane durung mari-mari (Ini anak bandel, sampe sekarang gilanya belum sembuh-sembuh,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Anur Purbalingga KH Amin Mustofa SAg yang juga mengasuh Sumanto, kepada pengunjung pengajian Muharram di Desa Bulusari Kec. Bulakamba Brebes Kamis Malam (16/12).
/>
Menurut Kiai Amin, Sumanto masih menjalani terapi kesehatan jiwa. Meskipun kini sudah mulai stabil keadaannya.
Kali pertama datang ke arena pengajian, Sumanto disambut dengan iringan rebana. Sesampainya didepan panggung, dia langsung naik ke atas panggung dan menyanyikan lagi tambah atinya ungu dan sholawat nabi. Pengunjung pun dengan antusias berebut memotret pria berperawakan kurus penuh senyum itu.
Awal penampilan Sumanto dengan bersenandung sholawat membuat warga dari berbagai desa makin berdatangan. Dia pun kemudian turun dan mengantuk terus hingga Kiai Amin Mustofa bergiliran menyampaikan tausiyah.
Kiai Amin dalam tausiyahnya menyampaikan pentingnya sabar dalam mengarungi kehidupan. Dengan resep sabar bisa menjadikan kita pandai bersyukur. Tidak buta tuli terhadap berbagai persoalan hidup yang melilitnya.
“Bulan Muharram, sebagai bulan instropeksi untuk menghitung amal baik dan buruk kita,” ujar Kiai Amin.
Sedapat mungkin, kata Kiai Amin, kita membersihkan hati dengan memperbanyak sodaqoh, amal jariyah. Sebab, hati manusia setelah menjalani hidup dibedakan dalam keadaan hati yang sehat, hati yang sakit atau hati yang mati.
Hati yang sehat, lanjutnya, mampu menerima perintah Allah dan menjalankannya. Hati yang sakit selalu mengeluh dan menyalahkan keadaan sedangkan hati yang mati tidak mau menerima keadaan apapun. Bila hati sudah mati, sulit disembuhkan karena selalu melanggar perintah Allah dan segala larangan-Nya justru diterjang. “Hati kita tergolong yang mana, silakan instospeksi diri,” tandas Kiai Amin.
Saat Kiai Amin ceramah, Sumanto duduk diatas panggung ditemani ajudan kiai. Sesekali Sumanto melempar senyum ke pengunjung kemudian mengantuk lagi. Usai Kiai Amin memberi tausiyah, Sumanto kembali menyanyikan lagu-lagu jawa. Pengunjungpun dibuat geli dan keki melihat perilakunya yang ‘lucu’ tidak menyeramkan sebagai manusia yang memakan manusia.
Kepala Desa Bulusari Sya’roni menjelaskan, dalam pengajian Muharram 1432 hijriyah ini sengaja mendatangkan Sumanto bukan untuk meniru perilaku gilanya. Tapi untuk mengintrospeksi agar masyarakat tidak gila dengan berbagai persoalan hidup yang makin tidak ringan. “Jangan sampai kita hidup didunia semakin gila dan menggila yang selalu melanggar aturan Allah SWT,” pungkasnya. (was)