Warta

Suara Adzan dan "Kuliah Subuh" Mulai Sahut-Sahutan di Banda Aceh

Selasa, 4 Januari 2005 | 03:04 WIB

Banda Aceh, NU Online
Meski kegiatan evakuasi mayat-mayat korban bencana alam gempa bumi dan tsnunami 26 Desember 2004 yang belum tertangani seluruhnya masih terus berlangsung, namun dinamika aktifitas kehidupan masyarakat Kota Banda Aceh terus semakin nampak, baik beroperasinya pasar-pasar tradisonal dan suara adzan serta "kuliah subuh" di masjid dan mushalla yang sekaan "sahut-sahutan".

Hasil pemantauan di sejumlah lokasi di pusat Kota Banda Aceh, Selasa pagi, khusus di kawasan pusat kota aliran listrik menyala sepanjang malam hingga pagi ini.

<>

Saat waktu menunjukkan sekitar pukul 04.00 WIB, satu dua kendaraan baik roda dua maupun roda empat juga mulai melintas di jalan-jalan raya, dan semakin ramai ketika waktu menunjukan sekitar pukul 07.00 WIB.

Begitu juga suara pengajian, sholawatan, puji-pujian, serta, adzan dan ceramah agama setelah sholat subuh (kuliah subuh)  mulai makin ramai seakan "sahut-sahutan" dari majis yang satu dengan lainnya yang dipancarkan melalui pengeras suara.

Suasana pada pagi hari yang kesepuluh setelah korban bencana itu jauh berbeda dengan satu atau dua hari sebelumnya yang masih terasa sunyi.

Beberapa penceramah di masjid saat kuliah subuh di masjid kawasan Simpang Jambotape, tidak jauh dari kantor Polresta Kota Banda Aceh, umunya mengajak para jemaah sholat subuh itu untuk bersabar, tawaqal serta melakukan instrospeksi diri atas musibah yang dialami.

"Sebagai umat Islam, kita harus menerima musibah ini sebagai cobaan dari Allah SWT, karena itu kita kedepan harus menjadi orang yang bisa merenungi hal itu untuk berbuat lebih baik lagi," katanya.

"Sekarang kita tinggal memilih, apakah akan bisa menjadi warga dan umat Islam yang bisa memperbaiki diri atau tidak, karena di balik musibah ini pasti ada rahasia Allah," kata seorang penceramah tadi dalam uraninnya selama beberapa menit

Namun sebaliknya, kendati pada siang harinya mulai "menggeliat" dan pasar-pasar tradisonal juga mulai beroperasi, namun suasana Kota Banda Aceh nampak sunyi senyap pada Senin malam, sementara cuaca cerah dan aliran listrik baru sebaian kecil yang sudah menyala.

Pada beberapa lokasi di pinggir jalan ada warga dan petugas jaga yang membakar tumpukan sampah-sampah yang sudah dikumpulkan pada siang harinya, guna mengurangi kondisi kumuh dan "mengusir" bau tak sedap bekas mayat membusuk yang masih sering datang terbawa tiupan angin.
Lain halnya dnegan warga di sekitar masjid Al Ikhlas yang terbakar bersama kapal milik Polairud yanbg terdampar, Senin petang, nampak sedih melihat masjid tempat biasa mereka sholat berjamaah kini hangus.

"Saya sedih sekali. Biadap orang yang membakar kapal dan masjid itu, padahal meski rumah saya agak jauh dari lokasi tetapi sering sholat di masjid ini," kata seorang pria berkopiah haji degan mata berkaca-kaca.(an/mkf)
  


Terkait