Perdagangan bebas merupakan kelanjutan dari ekonomi kolonial yang berlandaskan pada sistem monopoli dan eksploitasi, tidak hanya pada asset negara tetapi juga terhadap aset rakyat. Karena itu perekonomian modern yang dikendalikan oleh multi nasional corporation (TNC) itu telah mencekik kehidupan rakyat desa secara langsung. Monopoli benih, penguasaan lahan dan penguasaan pasar telah terjadi di seluruh dunia saat ini.
Melihat kenyataan itu tidak ada pilihan lain bagi petani yang tergabung dalam La Via Campesina kecuali melakukan serangkaian perlawanan. Karena dengan sistem monopoli yang dilakukan petani disingkirkan dari lahan pertanian digantikan dengan pertaniaan raksasa yang mereka kelola.<>
Petani pun tidak bisa menggunakan benih sembarangan, harus membeli dengan harga mahal, kalau tidak mau dituduh sebagai pencuri atau pelanggar hak cipta. Suara ini terus bergema selama konferensi yang berlangsung di Maputo, Mozambik, Afrika, sejak 12 Oktober lalu.
Perlawanan terhadap TNC, WTO, IMF dan lain sebagainya memang telah lama dilakukan oleh via Campessina. Sebagaiman telah dicatat oleh Annette Aurelie Desmarais. Bahwa lembaga ini tidak pernah berhenti melakukan perlawana sejak dari sidang WTO di Geneva (1998)di Seatle (1999) di Cancun (2003) dan juga, di Hingkong tahun 2005 yang lalu.
Namun demikian ekspansi MNC tidak pernah surut dan semakin menjarah negara yang dulu belum dijarahnya, karena itu dalkam konfrensi ini strategi perlawanan terhadap TNC terus digodok.
Langkah penting yang mereka usulkan adalah, advokasi kebijakan, karena hampir seluruh operasional TNC bekerjasama dengan pemerintah, maka kaum tani harus giat melakukan lobi pada pemerintah masing-masing untuk menghadang pengaruh TNC yang menguasasi pertanian ini dan menolak undang-undang yang mengarah ke sana.
Langkah penting berikutnya adalah menekankan pada pemerintah agar mempertahakan perusahaan mlik negara sebagai sarana untukelindungi kepentingan rakyat terutama petani kecil. Selain itu konfrensi juga menyarankan agar petani menolak kerjasama apapun dengan pihak MNC, sebab setiap kerjasama selalu dijadikan sarana untuk menguasasi dan melemahkan gerakan petani untuk menuntut hak mereka.
Melihat semangat kaum tani tersebut, Anette peneliti dari Kanada yang telah lama mengamati aktivitas La Via Campesina melihat bahwa gerakan kaum tani desa sedunia ini memang memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan ekonomi pertanian dunia.
Dengan adanya gerakan itu kemandirian petani tidak hanya dalam memproduksi dan memasarkan hasilnya dalam menciptakan kedaulatan pangin di wilayah masing-masing. Para petani tersebut juga telah berjasa dalam mempertahankan keberadaan berbagai benih alami dari kemusnahan, sehingga keanekaragaman hayati dunia bisa dipertahankan.
Padahal menurut penulis buku La Via Campesina : Globalizationand the Power of Peasants itu, untuk mempertahankan sifat alamiah tumbuhan saat ini sangat mahal, tidak kalah mahal dengan riset di bidang bioteknologi sendiri. Hanya saja gerakan petani dunia itu tidak pernah diukur dengan uang, tetapi diukur dengan komitmen dan kesetiaan, baik pada alam maupun terhadap sesama manusia, yang hidup bersaudara dan terus mempertahankan watak komunal mereka.
Komunalisme internasional yang ditunjukkan para petani itu menurut Anette merupakan kekuatan besar yang tidak mudah digeser oleh kekuatan raksasa apapun seperti TNC. Apalagi dukungan para apetani organik dari berbagai negara maju seperti Eropa dan Amerika utara, maka gerakan ini akan semakin bermakna. Gerakan ini akan semakin menemukan relevansi ketika perdagangan bebas telah mengalam kebuntuan. Peluang ini yang bisa direbut oleh gerakan tani dunia dalam memperjuangkan hak mereka. (Abdul Mun’im DZ)