Warta

Slamet Gundono: Santri Diharapkan Peduli Seni

Rabu, 29 Juni 2011 | 01:05 WIB

Yogyakarta, NU Online
Sebagai santri kepedulian terhadap dunia seni perlu dipupuk sebab kondisinya semakin ditinggalkan oleh masyarakat. Demikian diungkapkan Slamet Gundono, budayawan asal Tegal saat memberikan orasi budaya pada malam penutupan Liburan Sastra di Pesantren (LSdP) VI Komunitas Matapena di pesantren Kaliopak Piyungan, Bantul, Yogyakarta, Ahad (26/6).

Menurutnya, beberapa komunitas yang baru saja mementaskan kesenian suluk, musikalisasi puisi, musik, drama dan rebana merupakan bentuk kepedulian santri terhadap khazanah seni tradisi. “Suluk Linglung karya Sunan Kalijaga, tembang Tombo Ati, drama religi peserta LSdP dan tabuhan rebana merupakan upaya untuk peduli terhadap seni,” katanya.
<>
Jika tidak diuri-uri, ia khawatir kesenian-kesenian tersebut akan segera musnah dari permukaan bumi dan digantikan dengan seni-seni negatif yang sesuai dengan kemauan industri saat ini. “Sehingga perlu ada kelompok yang memang peduli terhadap keberadaan seni yang merupakan bagian dari budaya,” tambahnya.

Berkenaan dengan hal tersebut, Slamet Gundono yang tenar dengan Wayang Suket bercerita tentang kisah yang dijalaninya saat berkunjung ke Belanda beberapa tahun silam. Diceritakannya, saat berkunjung ke salah satu di mall di Amsterdam ia mendengarkan suara musik. Suara itu dicari-carinya. Ia pun menuju lantai tiga sebuah mall karena dikira sumber suara berasal dari sana. Ketika sampai lantai tiga ternyata suara bersumber dari jalan raya.

Ternyata, musik tersebut merupakan musik khas Tibet. Ia pun mulai menyapa pemusik tersebut berulang-ulang kali tetapi tidak ada respon. Pemusik asal China tersebut terus saja membunyikan musiknya. Ki dalang suket lantas tidak mau kalah, melantunkan tembang shalawat “Yassir lana”. Sehingga, jadilah dua kolaborasi seni dari negara yang berbeda nan sungguh mempesona.

Setelah selesai, Ki dalang baru bisa bercakap-cakap dengan pemusik tersebut. “Bahwasanya mereka melakukan hal tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap kesenian yang hampir punah di negaranya. Sehingga, mereka kemana-mana mendendangkan musiknya ke semua penjuru supaya musik tersebut tidak punah,” jelasnya melanjutkan orasi budaya.

Selain Slamet Gundono, kegiatan LSdP VI yang dilaksanakan Jum’at-Ahad (24-26/6) dan diikuti oleh 65 peserta juga dimeriahkan Pentas Mocopat, M Jikustik (MAN 1 Yogyakarta), Drama “Lajang di Sepertiga Malam”, Musikalisasi Puisi Matapena, Adipati (vokalis Genk Kobra) dan Sampak Patrol pimpinan Kenyut Kubro.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim 


Terkait