Warta

Santri Perlu Belajar Teknologi, Tak Hanya Kitab Kuning

Selasa, 20 September 2005 | 05:08 WIB

Bangil, NU Online
Para santri sekarang tak cukup lagi hanya belajar kitab kuning, tetapi juga perlu memiliki ketrampilan dan pengetahuan ilmu keduniaan, termasuk teknologi informasi. demikianlah komentar sebagian besar audiens dalam pemutaran film dokumentar karya para santri di Ponpes Wahid Hasyim Bangil Selasa malam (19/9).

Sebelumnya selama 10 hari, mulai 9 - 19 September sebanyak 10 orang santri dari seputar Bangil yang tergabung dalam program kesehatan reproduksi remaja Lembaga Kesejahteraan Keluarga NU (LKKNU) dilatih untuk bisa membuat film. Mereka belajar mulai dari pengenalan kamera, penulisan naskah, pengambilan gambar sampai dengan editing.

<>

Akhirnya mereka berhasil menyelesaikan pembuatan empat film dokumentar tentang kehidupan di lingkungan pesantren yang ditampilkan dihadapan sekitar 200 orang undangan yang terdiri dari para kyai, pengurus banom NU setempat dan sejumlah santri di halaman Ponpes Wahid Hasyim.

Film pertama yang diputar mengisahkan tentang aktifitas para santri mulai dari bangun mandi sampai menjelang tidur. disitu digambarkan bagaimana mereka mengaji, sholat berjamaah, makan sampai dengan aktitifas santai dari kehidupan pesantren yang jarang terungkap ke publik.Disitu juga bagaimana santri sekarang juga belajar tentang kesehatan, reproduksi, pengenalan terhadap komputer sampai bagaimana mereka bisa membuat film.

Selanjutnya film kedua merupakan kisah nyata dari salah seorang santri yang dalam usia SMU sudah mampu membuat sebuah novel remaja ketika ia masih berada di pesantren. Digambarkan bagaimana berbagai penderitaan dan kesulitan yang ia alami akhirnya mampu dituangkan dalam sebuah buku dengan bahasa populer yang akrab untuk konsumsi remaja.

Film ketiga menceritakan pengalaman seorang perempuan pertama kali mengalami haid, bagaimana ketakutan-ketakutan yang mereka alami, diskusi dengan teman-teman sebaya tentang mitos-mitos mengenai haid dan sebagainya, bagaimana akhirnya ia bertanya kepada peer educator dan belajar dari sisi agama dan ilmiah tentang haid.

Film terakhir tentang kisah seorang santri yang bertekad untuk bisa belajar di pesantren walaupun tidak memiliki uang karena orang tuanya miskin. Akhirnya ustadnya mendengar kesulitan yang ia alami dan memberi pinjaman becak. Selama menjadi pengemudi becak inilah banyak pengalaman unik yang ia alami, termasuk ketika ia memiliki pelanggan PSK (Pekerja Seks Komersial). Semuanya diceritakan secara detail sampai bagaimana akhirnya becaknya hilang, reaksi kyainya dan usahanya ke dukun untuk menemukan becaknya tersebut. Walaupun becaknya hilang ia tetap bisa belajar di pesantren dengan menjadi seorang tukang kebon di pesantrennya.

Semua kisah tersebut diatas merupakan kisah pribadi yang dieksplorasi dari para peserta. Dengan menceritakan pengalaman yang mereka alami, akan lebih mudah karena masing-masing memahami secara detail apa yang mereka alami.Mereka dibantu oleh Sandy Suri, seorang pembuat film dokumenter dari London dalam seluruh proses pembuatan film ini.

Masing-masing film tersebut berdurasi sekitar 10 menit. namun demikian, acara yang dimulai pukul 7 malam tersebut baru selesai pukul 11.30 karena hadirin silih berganti memberikan komentar dan berdiskusi mengenai film ini.

Film-film tersebut akan diputar dalam sebuah konferensi besar di Malaysia pada November 2005 mendatang bersama dengan film karya remaja dari India dan Thailand yang merupakan bagian dari program kerja yang diselenggarakan oleh Interact Worldwide yang mendatang dukungan dari European Commission.

Riikhatul Jannah dari LKKNU mengungkapkan bahwa program ini juga akan dikembangkan di Cireban sebagai salah satu daerah yang menjadi wilayah garapan LKKNU. "Ini penting agar para santri bisa lebih mengenal teknologi dan jika ada berbagai acara, mereka dapat mendokumentasikan sendiri kegiatan yang mereka alami," tandasnya.

Santri yang sudah mendapat pelatihan juga diminta untuk menyebarluaskan mengetahuan yang mereka perolah pada teman-teman di lingkungan pesantrennya. Ikha menegakan LKKNU dalam hal ini juga akan tetap memberikan dukungan berupa penyediaan peralatan seperti handycam, software komputer, dan lainnya.(mkf)


Terkait