Warta

Santri Madura Juara Olimpiade Matematika

Ahad, 30 Oktober 2011 | 02:46 WIB

Pamekasan, NU Online
MTs. Unggulan Bustanul Ulum Waru Pamekasan Madura Patut berbangga karena salah satu siswi terbaiknya yaitu Nabiyah telah berhasil menyumbangkan 1 medali pada kompetisi Matematika Internasional Lucknow India. Senyum Gembira dan wajah sumringah terus memancar dari wajahnya. Dengan mata yang berkaca-kaca ia berkata,

“Alhamdulillahirabbil alamin walaupun saya berasal dari pelosok desa, anak petani dan berasal dari keluaga tidak mampu telah berhasil menyumbangkan medali, dan berhasil mengharumkan nama madrasah dan Madura serta Indonesia pada umumnya di ajang Internasional.”
<>
Putri dari Muhammad Safi ini mengaku, tidak menyangka bisa ikut kompetisi matematika internasional. “Saya sangat berterimakasih kepada semua jajaran guru MTs. Bustanul Ulum terutama Kepala Sekolah dan Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Ulum yang telah bersusah payah membimbing dan membina kami disekolah,” katanya.

Dia juga sangat berharap teman-teman se-almaternya dapat mengikuti jejaknya dalam ajang Internasional.

Nabawiyah terpilih mengikuti kompetisi matematika tingkat Internasional di Lucknow India pada 21 – 24 Oktober 2011 dan berhasil menyumbangkan medali perunggu.

Pengasuh pondok pesantren Bustanul Ulum, KH Ahmad Jufri mengatakan bahwa dirinya sangat bangga dan terharu karena walaupun dalam keterbatasan fasilitas di lembaganya, ternyata dengan kegigihan dan ketekunan serta disiplin yang diterapkan oleh kepala sekolah beserta dewan guru telah mampu mencetak siswa-siswi yang berprestasi.

Ia menambahkan, siswa siswi yang ikut dalam ajang internasional ini tergolong siswa yang tidak mampu dalam bidang ekonomi. Mereka berasal dari pelosok desa. “Dan memang santri di yayasan kami 99 % berasal dari pelosok desa, 80% dari kalangan yang tidak mampu ekonominya. Keikutsertaan siswa pondok pesantren ini juga membuktikan dan menepis anggapan bahwa siswa-siswi pondok pesantren masih terbelakang, tidak kompetitif, dan tidak modern,” tandasnya.

Ia juga berseloroh, “Kami cukup lama bahu-membahu pihak yayasan Ponpes Bustanul Ulum dan kepala sekolah MI, MTs. Dan SMK  Bustanul Ulum membangun lembaga yang bisa mencetak generasi yang kompetitive dalam segala bidang. Alumni kami diharapkan nantinya kalau sudah keluar mampu bersaing dalam segala bidang, baik agama maupun umum.” 

Dalam bidang agama yang tak kalah membanggakan karena hampir semua siswa mampu membaca kitab kuning. Sejak bulan Juni 2011 di lembaga ini telah diterapkan sistem Cepat 40 Jam bisa membaca, memahami dan mengerti kitab kuning.

“Siswa–siswi Bustanul Ulum kami wajibkan bisa membaca dan memahami kitab kuning. Ini kami masukkan ke kurikulum pelajaran, baik di tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiayah maupun di SMK. Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan, sudah 85 % dari siswa kami bisa membaca, mengerti dan memahami kitab kuning,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah MTs Bustanul Ulum Nokman Affandi menjelaskan sebetulnya fihak sekolah mengirim 2 putra putri terbaik yaitu Erik Sugitiono dan Nabiyah dalam kompetisi tersebut.

“Kami memang bertekat untuk menepis anggapan kalangan di masyarakat bahwa murid madrasah apalagi di desa terpencil seperti di lembaga kami tidak akan mampu berkompetisi dengan murid-murid di perkotaan. Terus terang saja walaupun fasilitas kami jauh di bawah lembaga-lembaga di perkotaan, kami yakin dengan kegigihan dan kedisiplinan dalam mendidik kami akan mampu bersaing dengan murid-murid kota yang selama ini dianggap berprestasi,” tuturnya.

Nokman menambahkan setelah selesai dari Lucknow India ini ada 3 siswa-siswi yang juga terpilih sebagai siswa-siswi terbaik untuk mewakili ajang kompetisi internasional di WMTC Beijing China pada tanggal  01 – 06 November 2011. Mereka adalah Ahmad Hudah, Ega Bandawawinata dan Ahmad Zainuddin.

Pada bulan Februari 2012 sekolahnya juga terpilih untuk mengikuti kompetisi Matematika Internasional di Singapura. Sedangkan pada bulan April 2012 siswa-siswi terbaiknya akan dikirim ke Australia mengikuti olimpiade matematika, bahasa Inggris dan TIK. “Mohon doa restunya semoga sukses,” paparnya.  

Baik Pengasuh Pesantren Busatunul Ulum dan kepala sekolah MTs  Bustnul Ulum mengatakan, ada beberapa kendala yang harus cepat diatasi oleh yayasan dan lembaga yaitu penambahan dan penyelesaian bangunan kelas. Bangunan yang ada saat ini sangat kurang memadai. Ruang kelas masih kurang 8 lokal, karena ruang kelas yang ada semestinya 1 kelas berisi maksimal 40 menjadi 60 – 65  siswa. Pun juga ruang laboratorium, perpustakaan serta ruang guru.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Mudassir Ahmad Jufri


Terkait