Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyatakan, NU meneruskan ajaran-ajaran dari pesantren yang dikembangkan oleh para ulama pendahulu dan penyebar agama Islam di Indonesia.
“NU merupakan kepanjangan dari pesantren-pesantren yang sekarang ini berjumlah 14 ribuan,” katanya Saat menerima kunjungan Duta Besar Jerman untuk Indonesia Norbert Baas bersama rombongan, di kantor PBNU, Jakarta, Selasa (15/6).<>
Namun, Said menegaskan, pesantren yang dimaksud berbeda dengan model pesantren yang berkembang ada di Afganistan dan Pakistan. “Pesantren NU tidak mengenal radikalisme,” katanya.
Pesantren yang dipimpin oleh kiai kharismatik menjadi pelopor gerakan moral di tengah-tengah masyarakat, kata Said Aqil. Pada masa perang kemerdekaan pesantren menggerakkan masyarakat dalam menghalau penjajah.
Dalam bidang pendidikan, semenjak era perang kemerdekaan pesantren menyelenggarakan pola perndidikan tersendiri yang mendiri dari pemerintah, meski dalam perkembangannya beberapa pesantren menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan nasional.
“Semenjak era reformasi peran masyarakat semakin terbuka, tidak terkecuali kalangan pesantren. Selama 32 orde baru berkuasa NU dan kalangan pesantren memang sengaja dipinggirkan. Perkembangan sekarang semua komponen bangsa dilibatkan dan pesantren dituntut untuk berperran lebih,” kata Said Aqil. (nam)