Ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyatakan, NU telah berhasil mengawinkan antara Agama dan semangat nasionalisme. NU telah memberikan sumbangsih dalam menentukan bentuk negara Indonesia; sebuah negara yang dijiwai nilai-nilai agama dan nasionalisme.
”Di negara-negara Islam contohnya negara-negara Arab belum selesai memikirkan dan melakukan itu. Mereka masih khawatir terhadap percampuran itu. Yang nasionalis masih khawatir nasionalismenya hilang, sementara yang agamis khawatir nilai-nilai agamanya juga hilang,” katanya.<>
Pernyataan tersebut disampaikan pada peringatan Isro Mi’roj dan Haul KH Said bin KH. Armia di Podok Pesantren Attauhidiyah Giren Kecamatan Talang Kabupaten Tegal, Sabtu (3/6).
Pemikiran NU tersebut, lanjut Said Aqil, bukan tanpa alasan. Ini merupakan keputusan Hasil Muktamar di Banjarmasin pada Tahun 1936, yang menginginkan adanya sebuah negara Darus Salam bukan Darul Islam. Demikian tersebut dalam dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin.
Said Aqil yang juga sangat fasih bercerita sejarah ini menceritakan, ketika Nabi Hijrah ke Yasrib menjumpai masyarakat majemuk. Ada perbadaan suku dan agama. Lalu nabi sada saat itu tidak membangun negara Arab atau negara Islam tetapi membangun negara Madinah yang artinya negara yang beradab.
"Karena pada intinya target yang paling akhir memangun negara adalah membangun masyarakat beradab dan berakhlak,” jelasnya
Kang Said begitu sapaan akrab Said Aqil Siradj mengatakan, mestinya pemerintah berterima kasih kepada NU karena keberhasilan NU bisa memberikan kontribusi untuk bangsa. Celakanya pada masa orde baru NU malah disia-siakan.
Kegiatan ini dibanjiri ribuan pengunjung. Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Bupati Tegal Heri Sulistiyawan. Sejumlah pengasuh pondok pesantren juga terlihat seperti KH Subhan Ma’mun, Syeh Sholeh Basalamah, dan Pengurus NU se Karsidenan Pekalongan. (miz)