Warta

Said Aqil: Kalau Ada yang Tak Puas itu Hal Biasa

Jumat, 23 April 2010 | 10:04 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menanggapi ringan reaksi beberapa pihak yang tidak puas dengan susunan PBNU periode 2010-2015. Menurutnya, semua pihak memang menginginkan yang terbaik untuk NU ke depan.

“Kalau ada yang tidak puas itu sudah biasa. Paling 2-3 bulan sudah normal lagi, apalagi jika kita menunjukkan kinerja yang baik,” katanya menjawab pertanyaan wartawan usai berbicara pada acara 'Mengenang Gus Dur sebagai Tokoh Nasional dan Pendiri Kementerian Kelautan dan perikanan' di Jakarta, Jum’at (23/4).<>

Seperti diwartakan NU Online sebelumnya susunan penyesuaian kepengurusan PBNU sudah diumumkan secara resmi oleh Rais Am PBNU KH Sahal Mahfudh dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, pada 19 April 2010 lalu di kantor PBNU, Jakarta.

Sementara itu diberitakan di sejumlah media massa beberapa pihak mengaku tidak puas dengan susunan PBNU periode 2010-2015 ini. Ada yang tidak sepakat dengan munculnya beberapa nama dalam kepengurusan itu, atau tidak puas dengan penempatan beberapa orang dalam posisi tertentu.

Namun menurut Said Aqil, berbagai reaksi itu masih dalam batas-batas yang wajar. “Sekali lagi itu sudah biasa. Dari muktamar ke muktamar pasti ada yang begitu, dan itu tidak akan lama,” katanya.

Meski demikian ia menyatakan bersyukur, muktamar berjalan lancar. Memang dalam beberapa persidangan komisi dan pleno sempat terdapat perdebatan yang alot bahkan forum sempat memanas.

“Itulah tradisi NU. Seperti yang ada di pesantren, para santri yunior juga bisa berdebat keras dengan seniornya saat bahtsul masail (pembahasan masalah keagamaan) namun pada saat shalat atau berdoa bersama ya semua kompak, nggak ada yang protes,” katanya.

Menurutnya, muktamar NU disorot oleh berbagai kalangan, baik di dalam dan luar negeri. Hampir semua kalangan, katanya, menilai positif proses berlangsungnya Muktamar ke-32 NU di Makassar.

“Beberapa kalangan menilai, NU itu aneh namun patut diapresiasi. Wong organisasinya ulama kog ketuanya dipilih langsung oleh muktamirin yang banyak itu, bukan ditunjuk saja. Ini tidak umum dan berisiko, tapi ternyata NU bisa dan muktamar berjalan lancar,” pungkasnya. (nam)


Terkait