Warta

Rozy Munir: Fokus Kebijakan LN NU pada Pengembangan SDM dan Atasi Konflik Internasional

Jumat, 8 April 2005 | 04:26 WIB

Jakarta, NU Online
HM Rozy Munir, ketua PBNU yang membidani masalah luar negeri mengungkapkan bahwa peningkatan sumber daya manusia NU dalam menghadapi kompetisi internasional dan upaya PBNU dalam membantu mengatasi berbagai konflik bernuansa agama atau yang mengatasnamakan agama merupakan dua program utama hubungan internasional NU.

“Telah banyak teman-teman yang menggeluti studi Islam di Timur Tengah, namun juga harus dibuka kemungkinan-kemungkinan studi di negera-negera Barat sehingga ada perpaduan wawasan dunia Islam dengan Barat, ini penting,” tandasnya kemarin.

<>

Saat ini PBNU sedang mencari jalan untuk membuka kesempatan-kesempatan yang lebih luas. Pengiriman kader NU ke Inggris untuk mengikuti Education Management Training Program yang saat ini diprogramkan sebanyak 50 orang dirasa belum cukup dan harus terus ditambah, paling tidak 100 orang.

PBNU juga telah bekerja sama dengan berbagai negara Timur Tengah yang pada tahun lalu telah mengirimkan 70 orang mahasiswa NU dari berbagai pesantren seperti Libya, Sudan, Maroko, Mesir, dan lain sebagaimnya bahkan Iran yang merupakan Negara Syiah juga memberikan jatah beasiswa ke PBNU. Program ini terus dilanjutkan dan akan diusahakan terus bertambah.

NU juga telah berkembang cukup pesan di luar negeri. Warga NU yang sedang bekerja, sekolah atau memang tinggal di berbagai negera membentuk Pengurus Cabang Istimewa. Mereka saat ini juga sedang mengupayakan pembentukan universitas Islam Internasional yang mumpuni di Indonesia dengan sentuhan para alumni NU dari berbagai belahan dunia disiplin ilmu.

Tak lupa para kader NU yang bersekolah di luar negeri diharapkan dapat membantu mengembangkan pesantren, madrasah, dan lainnya sehingga bisa menata masa depan yang lebih baik.

Berkaitan dengan upaya hubungan internasional, NU akan terus mengembangkan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang telah melaksanakan konferensi pertamanya pada Februari 2004. Berbagai pihak telah meminta pelaksanaan konferensi ke II di Jakarta lagi.

“Ini diminati karena tidak politik-politikan dan anggotanya adalah people to people bukan state seperti OKI, karena itu harus dikembangkan. Saat ini sedang difikirkan bagaimana pelaksanaan konferensi ke II dan sedang dilakukan pendekatan-pendekatan dengan berbagai pihak, utamanya kementerian luar negeri yang sudah berpartner dalam konferensi sebelumnya,” tambahnya.

Lembaga ini penting dalam kaitannya dengan keinginan negara yang punya gejolak konflik agama atau konflik kekerasan atas nama agama. NU sudah diundang ke Thailand oleh pemerintah, bahkan bertemu dengan raja, perdana menteri, tokoh agama, baik Islam maupun Budha dan lainnya.

“Permintaan ini untuk memberi masukan mengenai masalah di Thailand Selatan yang juga beraliran sunni. Kemudian juga ada permintaan dari Philipina, Sudan untuk memberi masukan terhadap masalah yang mereka alami, sharing dan memberikan input untuk solusi langsung. Dengan demikian banyak informasi diberikan untuk mengambil keputusan jika diminta oleh pemerintah yang bersangkutan,” imbuhnya.

Sebagai bukti peranan dari PBNU dalam dunia internasional, juga terdapat undangan untuk dialog interfaith di berbagai belahan dunia. Pada bulan Juli mendatang, KH Hasyim Muzadi diundang ke Roma, Italia mengikuti seminar membicarakan bagaimana nilai-nilai Islam sebenarnya. Belum lagi undangan dari berbagai pihak yang intinya bagaimana Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamiin.

“NU dipakai sebagai model karena organisasinya besar dan moderat. Indonesia 87 persen penduduknya beragama Islam tapi tidak menginginkan berdirinya negera Islam. Ini menunjukkan adanya toleransi terhadap pluralisme negara Pancasila dan sudah final sebagai NKRI,” tandasnya

Saat ini NU tak dapat lagi mengandalkan jumlahnya yang besar, tetapi juga harus menunjukkan kualitasnya, harus berani berkompetisi di luar negeri tidak hanya di kandang sendiri.

“Sekarang tidak ada lagi model-model KKN, jawilan. Yang ngetes studi ke luar negeri bukan kita, mereka merupakan para ahli yang disiapkan untuk itu, tidak bisa ini rekomendasi karena saudaranya, mantunya. Masing-masing individu NU harus mampu meningkatkan kompetisi,” imbuhnya.(mkf)


 


Terkait