Semarang, NU Online
Di era globalisasi sekarang ini, remaja lebih bangga menjadi aktivis band dari pada menjadi aktivis remaja masjid, malu-malu membaca Alquran, melantunkan shalawat dan justru lebih bangga atau lebih asyik menyanyikan lagu-lagu popular.
"Sebenarnya kita tetap bisa melantunkan kalam-kalam illahi dan sholawat tanpa harus meninggalkan musik, artinya kita bisa memadukan lagu-lagu islam yang tertuang dalam musik religi," ujar Sekretaris Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), H Muchsin Jamil, Senin (28/11).<>
Menurut Muchsin yang juga manager AL-MADINA MUSIK Semarang ini, kebudayaan merupakan salah satu sarana dakwah yang harus diakomodir dalam mengembangkan ajaran-ajaran Islam.
"Tentu saja selama kebudayaan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran agama, seperti musik band misalnya," tandasnya di sela-sela upacara pembukaan Pelatihan Kader Dasar (PKD) Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) angkatan VII di Aula MAJT Jl. Gajah Raya.
Ketua Panitia PKD RISMA JT 2011, Inayatul Farihah dalam sambutan laporan panitia menyampaikan acara tersebut diikuti oleh 183 orang (86 putra dan 97 putri). Adapun Ketua Umum Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah, Ahsan Fauzi mengatakan masa remaja merupakan masa pertumbuhan, masa pencarian jati diri.
"Tidak salah jika kita salurkan bakat dan potensi di masjid. Saya ingin para peserta, kelak menjadi generasi yang tangguh, berkarakter dan siap menjadi pemimpin di masa yang akan datang,'' harapnya seperti dilansir suaramerdeka.com.
Redaktur : Syaifullah Amin