Warta

Rekonsiliasi Barat-Islam Tergantung Muslim ASEAN

Kamis, 31 Juli 2008 | 18:46 WIB

Jakarta, NU Online
Rekonsiliasi antara dunia Barat dan Islam tergantung kepada upaya-upaya yang dilakukan umat Islam di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Sementara Indonesia sebagai salah satu negara di kawasan ini telah memimpin upaya-upaya rekonsiliasi itu.

“Umat Muslim di Asia Tenggara sangat terbuka untuk menerima ide-ide baru ketimbang umat Muslim di belahan dunia yang lain,” katanya dalam forum International Conference of Islamic Scholars (ICIS) III yang diadakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Rabu (30/7).<>

Dikatakannya, umat Muslim di kawasan ASEAN sudah membuktikan perannya dalam merintis jalan menuju rekonsiliasi itu.

“Kita sudah mulai memperlihatkan kepada dunia bahwa Muslim di Asia Tenggara dapat mengakomodasi sekaligus mengatasi globalisasi. Kita juga sudah membuktikan dapat hidup berdampingan secara damai di tengah keberagaman yang ada di kawasan serta berkontribusi bagi kemajuan umat manusia," katanya.

Indonesia sendiri sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dengan Pancasila sebagai falsafah negara, mampu membuktikan bahwa umat Islam dapat hidup damai di tengah keberagaman.

Namun mantan Menteri Luar Negeri Thailand pada masa kepemimpinan PM Thaksin Shinawatra Surin menyayangkan terjadinya perpecahan umat Islam yang terjadi di berbagai wilayah, seperti Palestina, Irak, Afghanistan, Sudan, Thailand Selatan, Filipina Selatan, hingga di wilayah Balkan.

"Konflik hanya akan melemahkan umat Islam," kata Surin. "Umat Muslim harus dapat berbuat sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam. Hanya dengan tindakan nyata, maka kita dapat menjadikan Islam benar-benar sebuah rahmat bagi seluruh alam semesta," katanya. (sam)


Terkait