Tegal, NU Online
Indonesia menjadi kacau bukan karena kekurangan orang pintar, namun karena kekurangan orang benar. Mereka yang pintar namun hatinya kosong akan semakin jauh dari hidayah Allah, dan semakin jauh dari kebenaran.
Demikian disampaikan Syuryiah PBNU KH Hasyim Muzadi saat memberikan taushiyah dalam kegiatan Haul ke-28 KH Usman Zahid di Pondok Pesantren Al Abror, Desa Yomani, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Selasa (14/6) lalu.<>
Menurutnya, ada tiga macam ilmu, yakni ilmu manfaat, ilmu mubadzir, dan ilmu berbahaya. Ilmu yang bermanfaat ada pada diri orang yang mempunyai rasa takut dan taat kepada Allah. Dengan itu maka ilmu yang didapat akan diamalkanya. “Ilmu manfaat itu adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, artinya diamalkan” tuturmya
Yang kedua, lanjut pengasuh Pesantren Al Hikam, ilmu yang mubadzir adalah ilmu yang berada dalam hati yang kosong atau ilmu yang dibiarkan. Orang yang memiliki ilmu itu hanya pintar saja tetapi tidak bermanfaat bagi maysrakat dan mungkin juga bagi dirinya sendiri. “Sekarang banyak orang yang pinter tetapi ilmunya tidak diamalkan, itulah ilmu mubadzir” Jelasnya
Ketiga, kata Rais Syuriyah PBNU, ilmu berbahaya yaitu ilmu yang tumbuh dari hawa nafsu. Seperti ahli hukum tetapi malah melanggar hukum, ahli ekonomi malah bikin melarat orang, ahli agama tetapi akhlaknya tidak benar, banyak pejabat tetapi tidak bertanggungjawab, dan lain sebagainya
“Sekarang ini banyak orang punya pangkat tetapi tidak punya drajat. Ada juga yang punya pangkat tetapi juga punya drajat. Seperti Bung Karno,” ujarnya di hadapan ribuan orang yang memadati halaman Pesantren Al Abror.
Disampaikannya, salah satu ajaran pesantren menekankan bahwa ilmu yang disampaikan kepada santri harus disertai dengan ridha ulamanya, sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat.
Sementara itu, putra KH Usman Zahid, KH Hambali Ustman yang juga Rais Syuryiah PCNU Kabupaten Tegal menjelaskan, kegaiatan Haul ke-28 KH Usman Zahid ini merupakan kegiatan rutin setiap tahun.
Semasa hidup KH Usman Zahid adalah tokoh pejuang kemerdekaan , pendiri Pesantren Al Abror, dan dalam struktural NU ia pernah menjabat Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Tegal.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor : Abdul Muiz