Jakarta, NU Online
Innalillaahi wa Inna Ilaihi Raajiuun. Rais Syuriah PBNU Prof KH Muhammad Irfan Zidny, MA telah berpulang ke rahmat Allah. Cendikiawan muslim lulusan Universitas Baghdad Iraq ini meninggal dunia setelah dirawat kurang lebih sebulan di RSCM Jakarta, Kamis (27/5) sekitar pukul 09.00 WIB.
Prof Irfan selama ini dikenal sebagai salah seorang ilmuwan andalan NU. Tidak sedikit makalah dan hasil karya intelektualnya yang sudah dipublikasikan oleh mantan rektor Sekolah Tinggi al-Ziyadah Jakarta itu. Saat kampanye legislatif lalu, beliau terpilih sebagai anggota dewan pusat dari daerah pemilihan Banyuwangi mewakili PKB. Beliau tercatat sebagai anggota Lembaga Sensor Film untuk masa tugas tahun 1999-2002.
<>Pandangan-pandangannya juga banyak dirujuk oleh banyak kalangan. Beliau sering menyarankan kepada umat Islam, sebelum melakukan puasa dianjurkan untuk berlomba-lomba membersihkan diri dari segala dosa dan salah. Pengamal Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah ini juga menyerukan agar pensucian diri tidak hanya dilakukan di bulan Ramadlan saja, namun terus menerus dilakukan sepanjang zaman.
Mengenai pelaksanaan syari’at Islam secara kaffah, bagi Almarhum berarti pula bahwa manusia mampu ber-amar ma’ruf nahi munkar. Orang yang mampu ber-amar ma’ruf nahi munkar, berarti orang takwa.
"Dari sini kita tahu bahwa makna takwa luas sekali. Karena itu, layak jika Allah memberi predikat pada orang takwa sebagai orang yang paling mulia disisi Allah. Inna akramakum’ indallahi atqakum. Jadi, derajat manusia tidak bisa diukur dengan jabatannya, pakaiannya, dan harta kekayaan lainnya,"demikian wejangan Prof Irfan suatu ketika. Semoga amal baiknya diterima Allah dan kesalahannya dimaafkan. (MA)