Warta

Radikalisasi Pelajar Jabodetabek Tak Menggambarkan Indonesia

Rabu, 11 Mei 2011 | 22:26 WIB

Jakarta, NU Online
Hasil Penelitian mengenai radikalisasi pelajar dan guru pendidikan agama Islam (PAI) di wilayah Jabodetabek yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) tidak bisa dipakai dipakai untuk menggambarkan radikalisme di Indonesia secara keseluruhan.

Demikian disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Abdul Jamil, terkait hasil penelitian LaKIP tentang radikalisme di kalangan pelajar dan pengajar agama Islam se-Jabodetabek.<>

"Ini kan penelitian di Jabodetabek, jadi guru agama itukan jumlahnya cukup besar di Indoensia, murid-murid jumlahnya cukup besar, nah ini dilakukan di Jabodetabek dengan sample 500 sekian, tak mewakili representasi Indonesia," katanya di Jakarta, Selasa (10/5) lalu.

LaKIP dalam survei itu menunjukkan hampir 50 persen pelajar setuju dengan aksi radikal demi agama. Sebelumnya disebutkan bahwa tujuan dari penelitian dimaksudkan untuk memotret kecenderungan radikalisme keagamaan di sekolah. Dan, menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kecenderungan radikalisme tersebut.

Penelitian dilakukan pada Oktober 2010 - Januari 2011 terhadap siswa dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek. Metode yang dilakukan yakni dengan survei melalui wawancara tatap-muka dengan panduan kuesioner.

Kabalitbang Kementerian Agama itu juga menjelaskan bahwa kecenderungan radikalisme itu bisa dipengarui oleh faktor lingkungan yang ada pada waktu itu.

Staf ahli Menteri Agama, Nurhayati Djamas mengatakan, pihaknya menyambut baik hasil penelitian seperti ini. Memang perlu dilakukan untuk melihat potret, pertama tentang pantang keagamaan dikaitkan juga dengan pandangan dan komitmen kebangsaan.

Terkait dengan substansi penelitian tersebut, menurutnya, penelitian ini membatasi populasinya di Jabodetabek adalah suatu bagian dari wilayah RI yang memiliki karateristik tersendiri, disini keragaman itu ada, berbagai suku bangsa dan agama.

"Jadi, penelitian itu mewakili sebuah potret dari bangsa Indonesia, kalau mau membuat generasiliasi seluruh Indonesia, tidak bisa. Harus dilakukan penelitian dari Sabang sampai Merauke," katanya.

Sementara itu dari pihak LaKIP, Bambang Pranowo mengakui bahwa penelitian tersebut tak dapat dipakai untuk menggambarkan sikap radikalisme di kalangan pelajar secara keseluruhan. Penelitian untuk itu harus dilakukan lebih dalam lagi.

"Kami nanti dua bulan lagi akan berencana membuat penelitian lagi di daerah lain. Di Kupang, Denpasar, Pontianak," ia mengatakan.

Redaktur: A. Khoirul Anam
Sumber  :  Kemenag RI


Terkait