Surabaya, NU Online
Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof H Soetandyo Wignjosoebroto MPA menyarankan PBNU dan DPP PKB saling introspeksi menjelang Muktamar ke-31 NU di Boyolali, Solo, Jateng pada 28 Nopember - 2 Desember.
"Harus sama-sama introspeksi, karena itu pengurus NU jangan mengambil porsi politik praktis, tapi pengurus PKB juga jangan mengambil fatwa NU untuk urusan politik praktis," katanya di Surabaya, Kamis.
<>Ia mengemukakan hal itu di sela-sela Mudzakaroh Nasional "Meneguhkan Kembali Khittah NU Menuju Indonesia Maju dan Bermartabat" yang digelar Forum Intelektual 45 Jatim bersama Forum Peduli NU Jakarta yang dihadiri 150 peserta.
Dalam mudzakaroh/seminar yang dibuka mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, Prof Soetandyo menilai hubungan NU dan PKB merupakan hubungan komplementer, tapi harapan itu selama ini ternyata tak terwujud secara realitas.
"Banyak ulama NU yang terlalu sering membuat fatwa-fatwa politik, sedangkan aktivis PKB terlalu banyak mengundang ulama NU memasuki ranah politik dengan pesan, restu, dan fatwa," katanya.
Hubungan yang "overlapping" (tumpang-tindih) itu, kata Guru Besar Ilmu Sosial Unair Surabaya yang juga mantan anggota Komnas HAM itu, akhirnya bukan memunculkan hubungan yang komplementer, melainkan kompetitif.
"Kalau saya berpendapat akan lebih baik tidak ada hubungan apa pun antara keduanya, dibandingkan hubungan yang tidak produktif seperti selama ini, tapi saya kira muktamar ke-31 NU yang berhak memutuskan," katanya, menolak pandangannya dikaitkan konflik Gus Dur-Hasyim Muzadi.
Senada dengan itu, Katib Syuriah PBNU H Masdar F Mas’udi selaku pembicara lain dalam mudzakaroh itu menegaskan bahwa maju-tidaknya Indonesia sangat ditentukan maju-tidaknya NU.
"Itu bukan sekedar kebanggaan, tapi Indonesia itu ibarat kereta api dengan sepuluh gerbong dan sembilan diantaranya merupakan gerbong umat Islam, sedangkan 6-7 dari sembilan gerbong itu merupakan gerbong orang NU, karena itu kalau orang NU maju maka Indonesia maju," katanya.
Mantan Plt Ketua Umum PBNU saat Hasyim Muzadi non-aktif karena terlibat dalam pilpres itu menambahkan kemajuan warga NU dan umat Islam di Indonesia akan menjadi "negara kebanggaan" bagi Islam di dunia.(an/mkf)