Kadilangu, NU Online
Yang menonjol di pesantren Nahdlatul Fata adalah pendidikan tasawuf. Kitab tasawuf paling populer, Ihya Ulumiddin karya masterpiece Imam Al-Ghozali dan kitab Al-Hikam karya Ibnu Athoillah As-Sakandarani jadi bacaan utama tiap hari. diajarkan tiap pagi usai sholat subuh (jam 06.30) dan tiap sore usai sholat asar.
Banyak santri atau ustad dari pesantren lain menambah ilmu soal dua kitab tersebut di pondok ini. Ada opini di kalangan santri, jika ingin matang mempelajari kitab tasawuf tersebut, maka datanglah di Ponpes Nahdlatul Fata. Istilah santrinya, membilas ilmu. <>
Kitab Ihya Ulumiddin biasa dikhatamkan dalam waktu tiga tahun di pesantren ini. juga kitab tafsir Jalalian. Dan setiap khatam digelar acara khataman. Di bulan April lalu, digelar khataman Ihya Ulumiddin ke-5 dan tafsir Jalalain ke-8. Acara digelar meriah.
Perlu diketahui, tidak setiap orang yang pernah mondok berhasil menamatkan kedua kitab tersebut. Sebab rata-rata santri baru sempat kenal di halaman-halaman awal sudah keburu habis waktu belajar. Apalagi bagi tipe santri yang suka berpetualang mencari ilmu. Sebelum sampai bab tengah, sudah boyong duluan.
Di lain pihak, kebanyakan kiai tak membaca sampai khatam kitab-kitab itu. Selain untuk memotivasi agar santri melanjutkan sendiri bacaannya, juga dalam satu kali pengajian, kiai biasanya hanya membacakan satu atau dua halaman.
Itu karena saking luasnya bahasan yang bisa dijabarkan dari isi di kitab unggulan tersebut. Dan juga saking dalamnya makna yang terkandung di dalamnya, sehingga semakin banyak ilmu sang kiai, semakin banyak yang bisa dijelaskan kepada para santrinya.
Alumnus Ponpes Nahdlatul Fata kini telah tersebar di mana-mana. Banyak yang jadi kiai, ustad maupun lainnya. Tak sedikit yang berkiprah sebagai pegawai negeri, pedagang ataupun politisi.
Namun pengasuhnya, KH Muhsin Saerozi, tak pernah mau masuk partai politik. Semua partai berbasis agama mengajaknya bergabung. Tetapi ditolak halus. Dicalonkan sebagai anggota DPRD Demak juga terus. Tetapi karena pesan dari gurunya tak boleh terjun politik praktis, Kiai Muhsin mempersilakan kader lain untuk maju. Dan ia ijinkan santrinya yang telah alumni untuk memilih jalan sendiri-sendiri.
Setiap ada Pilkada, para tim sukses maupun calon-calon bupati berebut meminta doa dan restunya. Karena tak ingin mengecewakan tamunya, sekaligus tak ingin berpihak salah satu, semuanya didoakan dan direstui.
Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor: Muhammad Ichwan DS