Warta

Pesantren Dirugikan Media yang Mengaitkan Isu Terorisme

Sabtu, 1 Agustus 2009 | 02:31 WIB

Bogor, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ummul Quro al-Islami (UQI) Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat KH Helmy Abdul Mubin Lc mengemukakan komunitas pesantren merasa sangat dirugikan dengan berbagai opini media massa yang mengaitkan terorisme dengan pesantren.

"Kami keberatan bila ada pihak-pihak yang mengail di air keruh, dengan menghembuskan tuduhan tidak berdasar, mengaitkan aksi terorisme dengan pesantren. Pesantren tidak pernah mengajarkan santrinya untuk melakukan kekerasan. Justru yang diajarkan adalah kasih sayang dan saling tolong menolong," katanya di Bogor, Kamis.<>

Ia menegaskan bahwa pendidikan pesantren mengajarkan akhlak, kesederhanaan. Bahkan juga persaudaraan, yang tidak hanya dengan sesama Muslim, namun juga sesama umat manusia.

"Ada tiga jenis persaudaraan yang diajarkan di pesantren, yaitu persaudaraan sebangsa, seaqidah, dan sesama umat manusia," kata tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Bogor yang juga lulusan Pondok Modern Gontor itu.

Dengan adanya pengaitan tersebut, kata dia, para pemuka pesantren di Bogor, Jabar menyampaikan keberatan atas opini yang dikembangkan sejumlah media massa yang mengaitkan peristiwa peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta pada 17 Juli lalu dengan pesantren.

Menurut dia, pendidikan di pesantren sangat mengedepankan etika dan budi pekerti (ahlak). Karena itu, ia tidak yakin bila ada pesantren atau alumni pesantren yang terlibat dengan aksi terorisme. Dengan begitu, kata dia, santri maupun alumni pesantren dididik untuk dapat hidup di tengah masyarakat dengan ragam kebudayaan.

Selain itu, penggemblengan selama bertahun-tahun di pesantren, diharapkan dapat menjadi bekal dalam berkiprah di tengah masyarakat, yang sudah pasti memiliki heterogenitas tinggi.

Ia kemudian menyitir sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan agar manusia menyayangi semua makhluk yang berada di bumi, agar dikasihani Allah SWT. Hadits itu berbunyi "Irhamuu ma fil ardhi, yarhamkum man fissamaa" (kasihanilah semua mahluk yang di bumi niscaya akan dikasihani oleh Allah), dan ajaran seperti itulah yang dikembangkan di pesantren.

Lebih lanjut ia mengatakan, pada akhir bulan Mei lalu, pesantren yang dipimpinnya kedatangan Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Cameron R Hume. Kunjungan tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan Dubes AS itu ke pesantren di Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Dubes.

"Dubes AS datang ke pesantren kami, kami perlakukan dengan sangat baik sebagai tamu. Tidak ada kejadian atau peristiwa aneh. Jadi sama sekali tidak benar aksi teror terkait pesantren," kata kiai yang menyelesaikan S1-nya di "Islamic University of Medina", Arab Saudi itu.

Dikatakannya, kalaupun ada segelintir oknum pelaku teror pernah tinggal di pesantren tertentu, hal itu tidak dapat dijadikan dasar untuk melakukan generalisasi.

"Kalaupun ada satu-dua pesantren yang terlibat, sangat aneh dan tidak masuk akal bila digeneralisasi terhadap pesantren keseluruhan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu dengan jumlah santri mencapai jutaan orang," demikian Helmy Abdul Mubin. (ant/mad)


Terkait