Pemerintah diharap dapat memberikan akses jaringan pendidikan nasional (jardiknas) kepada kalangan madrasah dan pondok pesantren.
Dalam Semiloka Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Proses Pembelajaran yang berlangsung di Jombang, Sabtu (5/6) lalu kebijakan pemerintah dalam pengembangan Jardiknas dinilai belum menjangkau kalangan madrasah dan pondok pesantren.<>
“Pemerintah dan pemerintah daerah perlu mendorong adanya kesetaraan akses jardiknas antara lembaga pendidikan di bawah naungan Diknas dan Depag," ujar Syamsul Arif, guru TIK dari Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Banjaragung, Bareng, Jombang.
Selain membahas pemanfaatan jardiknas, semiloka yang diselenggarakan SMK Plus Khoiriyah Hasyim Seblak dan Pimpinan Cabang IPNU Jombang tersebut juga mendiskusikan potensi dan problem pemanfaatan TIK di lingkungan madrasah dan pondok pesantren.
“Masih banyak guru yang belum mengetahui cara pemanfaatan internet secara sehat dan aman,” tutur Kepala SMK Plus Khoiriyah Hasyim Ahmad Jasminto.
Pria kelahiran Nganjuk ini menambahkan, beberapa guru masih ragu memanfaatkan internet dalam pembelajaran karena kekhawatiran tersebut.
“Kalau anak-anak nyelonong mengakses konten negatif, apa gurunya tidak ikut berdosa karena telah mengenalkan internet?” tuturnya menirukan pertanyaan salah satu peserta.
Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, peserta bersepakat membangun jaringan komunikasi antarlembaga pendidikan untuk pemanfaatan TIK dalam pembelajaran.
“Jaringan ini diharapkan dapat menjadi jembatan untuk meminimalkan kesenjangan digital dan meningkatkan pemanfaatan TIK di lingkungan madrasah dan pondok pesantren,” imbuhnya.
Semiloka yang diikuti oleh 60 perwakilan madrasah dan pondok pesantren se-Jombang itu juga diisi pengenalan berbagai software pembelajaran. Dipandu oleh Pembantu Dekan I Fakultas Teknologi Informasi ITS Surabaya, Dr Agus Zainal Arifin, peserta dilatih memanfaatkan Googe Earth untuk pembelajaran sejarah, geografi hingga mengukur ketepatan arah kiblat sebuah masjid.
Gus Ipin –panggilan akrabnya— juga mengenalkan software Mawarits yang bisa diadopsi untuk pembelajaran faraidl di lingkungan pesantren. Selain itu, mantan Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa NU Jepang ini juga mengenalkan sekitar sepuluh software pembelajaran lain.
“Kalau sudah mengenal semua software ini, saya yakin tidak ada lagi guru yang ragu untuk memanfaatkan TIK,” tuturnya. Lebih dari itu, dia menambahkan, kualitas proses pembelajaran di madrasah dan pondok pesantren juga akan lebih meningkat.
Selain Agus, semiloka tersebut juga diisi pengenalan dasar-dasar internet oleh Rusli, perwakilan PT Telkom Jombang. Menurut Rusli, PT Telkom siap bekerjasama dengan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan TIK. ”Kami punya fasilitas broadband learning center di setiap kota yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran TIK,” tandasnya. (nam)