Diterbitkannya kembali buku Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik tampaknya membuat gerah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Karenanya, penulis buku kontroversi itu, H Mahrus Ali, bakal diadukan ke Kepolisian Daerah Jatim dalam waktu dekat.
Rais Syuriyah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar mengatakan, pihaknya sudah mengamanatkan upaya penyelesaian kasus itu pada Pengurus Wilayah Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) NU Jatim. “Biar kasus itu ditangani LPBH NU saja,” katanya kepada NU Online di Surabaya, Jatim, Rabu (7/5) kemarin.<>
Menurut Kiai Miftach—begitu panggilan akrabnya—langkah hukum itu ditempuh Mahrus tak mau berkompromi. Buktinya, kata dia, buku yang dinilai melecehkan warga NU itu kembali dicetak dan diterbitkan untuk kelima kalinya. “Kalau (kasus) ini dibiarkan, dampaknya bisa lebih berbahaya dari pada Ahmadiyah,” pungkasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya, itu menjelaskan, langkah tersebut dilakukan atas desakan sejumlah pengurus wilayah dan pengurus cabang NU. “Kalau ada kasus seperti ini di wilayah kita, masa kita biarkan terus?” gugatnya.
Hingga kini buku terbitan La Tasyuk! itu masih terus beredar di pasaran. Terbitan terbaru buku itu justru tampil lebih “berani”. Pada halaman sampul depan, terdapat kalimat berbunyi “Dilengkapi dokumen ke-NU-an sang mantan kiai.” Masih di halaman yang sama, tertera kalimat “non-struktural.”
Pada bagian akhir buku tersebut dilengkapi riwayat hidup penulis yang selalu dikait-kaitkan dengan tokoh dan komunitas NU. Termasuk di antaranya mengutip sumber dari Majalah Aula terbitan PWNU Jawa Timur. Pun dilengkapi lembaran-lembaran yang menggambarkan bahwa Mahrus memang benar mantan kiai NU.
Uniknya, salah satu lampiran itu adalah undangan dari Lembaga Bahtsul Masail Majelis Wakil Cabang NU Waru, Sidoarjo. Lembaran tersebut merupakan undangan untuk Mahrus agar hadir dalam acara NU. Surat-surat itu juga dibubuhi cap notaris yang menunjukkan keaslian. (sbh)