Penolakan proyek jalan tol Cikopo-Palimanan yang membelah kawasan Pondok pesantren Babakan Cirebon, Jawa Barat, terus berlanjut. Para pengasuh pesantren dan santri meminta jalur trayek digeser ke selatan atau ke utara pesantren.
Sekitar 3.000 orang yang terdiri dari para kiai, santri, dan masyarakat sekitar Pesantren Babakan Ciwaringin, Selasa (29/1) siang kemarin kembali berunjukrasa memblokade pertigaan Palimanan dan Pintu Tol Palimanan Kanci di Pejagan.<>
Dengan menggendarai sekitar 20 truk lebih, tiga pick up, dua sedan, satu jeep dan ratusan motor, rombongan bergerak dari Pesantren Babakan sekitar pukul 11.00 WIB menuju pertigaan Palimanan yang sudah dijaga ketat petugas dari Polres Cirebon.
Di pertigaan itu, para santri dan masyarakat mendengarkan orasi dari KH Zamzami, salah satu pengasuh Ponpes Babakan Ciwaringan, dan para orator lainnya, yang intinya menolak rencana tol yang membelah lokasi salah satu pesantren tertua di Indonesia itu.
"Lingkungan Pesantren tidak hanya fisik bangunan, tetapi tatanan masyarakat juga termasuk bagian lingkungan pesantren yang tidak kami ijinkan untuk diganggu dengan adanya lintasan jalan tol itu," kata Kiai Zamzami.
Sejumlah santri melakukan aksi teatrikal seperti menampilkan santri yang terpasung dengan rantai, dan santri yang memakai kalung uang sebagai tanda keterpasungan aspirasi santri dan adanya politik uang dari pemerintah melalui Menteri PU Djoko Kirmanto yang memaksakan rencana jalan tol tetap membelah pesantren.
Aksi sempat terhenti sekitar pukul 12.00 WIB, saat tiba waktu sholat Dhuhur dan seorang santri mengumandangkan Azan. Setelah itu masa bergerak ke arah pintu Tol Kanci-Palimanan ujung sebelah Barat atau Pintu Tol Pejagan yang berjarak sekitar satu kilometer dari Pertigaan Palimanan. (sam/nam)