Banda Aceh, NU Online
Aksi penjarahan dan provokasi oleh pihak tak dikenal terus mewarnai suasana duka dan pilu masyarakat Aceh yang masih menderita akibat bencana tsunami yang dipicu oleh gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter Minggu (26/12) pagi.
Sejumlah warga yang antri bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) atau duduk di pinggir-pinggir jalan, kerap lari tunggang langgang begitu provokator meneriakkan "air, air, air!"
<>Begitu warga lari tunggang langgang, orang yang belum teridentifikasi itu lalu menjarah makanan dan bahan bakar serta barang-barang lain yang masih layak, bahkan televisi yang sudah terendam lumpur.
"Tak jarang aksi provokasi itu menimbulkan korban tewas dan luka-luka karena jatuh dan terinjak-injak," kata salah seorang warga Banda Aceh, Saeful (30).
Sebagian besar warga masih trauma dengan bencana tsunami yang terjadi akhir pekan silam, sehingga "air" merupakan kata yang sangat ditakuti oleh warga, katanya, menambahkan.
Tak jarang pihak untuk menenangkan warga yang lari berhamburan tak tentu arah itu, aparat TNI melepaskan tembakan ke atas atau langsung kepada pihak yang diduga melakukan provokasi karena telah menimbulkan kepanikan warga di tengah suasana duka yang mendalam.
Hingga kini kondisi ibu kota Banda Aceh bukan cuma gelap gulita karena listrik mati tetapi juga kekurangan makanan dan air bersih, transportasi lokal masih lumpuh karena keterbatasan solar dan bensin.
Mayat, puing-puing bangunan serta bangkai-bangkai mobil masih teronggok di jalan-jalan di ibu kota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam itu.
Selain itu, gempa susulan dalam skala kecil hingga menengah kadang-kadang masih mengguncang beberapa wilayah kota Banda Aceh dan Sabang(an/mkf).