Warta

Pendidikan Karakter Butuh Bimbingan dan Keteladanan

Jumat, 16 Desember 2011 | 02:21 WIB

Semarang, NU Online
Pendidikan karakter sesungguhnya tidak butuh konsep yang muluk-muluk. Yang penting dalam pendidikan karakter adalah  bimbingan para pemimpin dan keteladanan di setiap tindakannya.

Sia-sia saja konsep yang bagus dengan dana yang sangat besar, jika anak-anak bangsa, termasuk murid-murid sekolah, tidak diberi contoh nyata manusia berkarakter mulia.
<>
Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara, Prof Soeprapto MEd menyatakan hal itu dalam Seminar Nasional "Membangun Karakter Bangsa Melalui Bingkai Budaya dan Pendidikan Multikultural" yang digelar BEM Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Aula Kampus I IAIN Walisongo, baru-baru ini.

Menurutnya, Indonesia di masa dipimpin Bung Karno, disegani bangsa lain. Bisa sejajar dan bahkan unggul dibanding negeri-negeri tetangga, bahkan memimpin Asia dan Afrika.

Itu semua, kata dia, karena Bung Karno membangun karakter bangsa (nation character building) dan beliau membimbing bangsa ke arah harga diri yang tinggi. Yaitu memperjuangkan kemerdekaan segala bangsa, dan waktu itu pendidikan di Indonesia unggul. Sehingga Malaysia belajar ke Indonesia serta mendatangkan guru dari Indonesia.

“Politik sebagai panglima itu benar. Karena dengan politik itulah Indonesia disegani dan dipercaya bangsa-bangsa lain se Asia dan Afrika. Setelah Bung Karno dijatuhkan, bangsa Indonesia jadi bangsa yang lembek dan tidak berkualitas. Ekonomi yang didengungkan sebagai panglima, hanya berupa utang dan sektor lainnya terpuruk sampai sekarang,” ujarnya panjang lebar. 

Pembicara lain, mantan rektor Undip yang kini ketua Pembina Dewan Kesenian Jateng Prof Ir Eko Budiharjo M.Sc memaparkan tentang kearifan lokal dan perlunya pengetatan kualitas sekolah dan perguruan tinggi.

Eko yang menjadi ketua pembina YPSDM Forum rektor Indonesia mengatakan, saat ini banyak PTS tanpa fasilitas pendidikan semestinya. Hanya berupa rumah toko, tanpa tempat olah raga, perpustakaan, laboratorium, tempat ibadah dan kelengkapan kampus semestinya. Bahkan banyak yang hanya menjual ijazah dan gelar, tanpa menyelenggarakan kuliah.

Berikutnya, dosen Fak Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Prof Dr Maman Rachman MSc, menguraikan nilai-nilai Pancasila yang perlu dipelajari dan dihayati kembali sebagaimana para pendiri bangsa dahulu membangun karakter rakyat.

Acara yang diikuti 300-an mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Jawa Tengah tersebut dibuka Rektor IAIN Walisongo Prof Dr Muhibbin dan diikuti jajaran Dekanat Fakultas Tarbiyah.

Muhibbin memberi apresiasi kepada BEM Fak Tarbiyah yang giat menggelar kegiatan ilmiah dan berhasil mendatangkan tiga orang profesor sekaligus dalam satu kegiatan seminar.

“Saya salut Anda giat menggelar acara ilmiah. Apalagi sampai mendatangkan tiga profesor sekaligus. Inilah seharusnya mahasiswa,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin. 


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Ichwan


Terkait