Pemimpin di banyak tingkatan, dari mulai presiden hingga pimpinan lembaga pendidikan, susah dikandani, atau dinasehati. Meski telah dibacakan ayat Al-Qur'an, hadis dan kitab, tetap saja bebal, sombong, dan rakus harta dan jabatan.
Kritik diatas disampaikan KH Rofi’i dari pesantren Mranggen, Demak Jawa Tengah, dalam haul ke-23 bupati Semarang, Raden Tumenggung Surohadi Menggolo, alias Adipati Surohadi Menggolo V, atau biasa disebut Kanjeng Sunan Terboyo atau Pangeran Terboyo.<>
Haul yang berbarengan dengan acara tahun baru Hijriyah bertempat di komplek masjid dan komplek makam Terboyo, Semarang, Jawa Tengah. Rangkaian haul dari tanggal 5 hingga 6 Desember dipadati warga Semarang dan sekitarnya.
”Pemimpinlah yang sebetulnya melecehkan agama, dengan berbagai kecongkakannya. Mereka sulit dikandani (diingatkan, red.). Ini melecehkan agama,” tegas kiai Rofi’i.
”Kalau dibilangin jangan sombong tidak bisa, dikandani jangan rakus tidak bisa, ya kita ingatkan bahwa kita semua akan mati. Orang beriman harus siap dijemput ajal sewaktu-waktu. Tak ada kesempatan kedua jika malaikat maut sudah menyapa,” ungkapnya.
”Majlis haul ini penting dilaksanakan, untuk mengingat bahwa kita semua akan mati. Untuk mengingat kebaikan-kebaikan orang mati, supaya kita bisa meniru. Sunan Terboyo yang sekarang kita peringati haulnya, adalah orang baik. Kalau almarhum tidak baik, buat apa kita di sini?” tambahnya.
Rangkaian acara haul seperti semaan Al-Qur’an, pengajian, ziarah diikuti ribuan warga Semarang dan sekitarnya. Masjid Terboyo yang didirikan pada 1821 dibanjiri jamaah.
Panitia gabungan dari Ponpes dan Madrasah Al-Fattah serta Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Genuk, tak hanya merancang acara islami tersebut, tapi juga panitia dimeriahkan aneka kembang api.
Sayang, Walikota Soemarmo maupun Wakil Walikota Hendrar Prihadi tidak hadir dalam acara peringatan pendahulunya tersebut. (woi/dnr)