Jakarta, NU.Online
Pemenang hadiah Nobel perdamaian asal Iran, Shirin Ebadi, mengatakan wanita Muslim yang tinggal di Eropa harus dibiarkan tetap bebas mengenakan jilbab (hijab), tutup kepala yang ditetapkan syariah Islam bagi Muslimah.
Ebadi menyampaikan komentarnya tersebut dalam wawancara untuk dipublikasikan Senin mendatang. "Orang harus bebas. Jika seorang wanita ingin menggunakan tutup kepala Islam itu di Eropa, ia harus diizinkan," kata tokoh wanita Iran itu kepada majalan berita Jerman, Der Speigel.
<>Ebadi mengatakan kepada kedua pewawancaranya mereka saja bisa bebas mengenakan dasi di Teheran (di mana dasi dilarang penggunaannya karena dipandang bukan percerminan jiwa Islam). Isu penggunaan jilbab dewasa ini menjadi topik pembicaraan sensitif di Jerman dan Perancis.
Di Jerman ke 16 negara bagiannya terbelah dalam keputusan memperbolehkan penggunaan jilbab atau tidak di sekolah-sekolah pemerintah. September lalu pengadilan memutuskan penggunaan jilbab dapat digunakan di sekolah-sekolah, namun pula membiarkan masing-masing negara bagian untuk menerapkan atau tidak ketentuannya tersebut.
Di Perancis, isu penggunaan jilbab berulangkali menjadi bahan perdebatan. Baru-baru ini dua pelajar Muslim dilarang bersekolah pada tahun ajaran baru karena menolak melepaskan jilbab mereka selama belajar di kelas.
Ebadi menyampaikan argumentasi bahwa cara seseorang berpakaian menyangkut keputusan pribadinya, yang penting apa yang dipikirkan orang bersangkutan. Jika di Eropa, ujar pengacara bidang HAM itu, mengatakan ia tidak mengenakan jilbab bila di Eropa. Namun begitu kembali ke Iran ia harus mengenakannya sesusai ketentuan.
Presiden Perancis Jacques Chirac memutuskan akan mendukung penggagas UU yang akan menghentikan penggunaan jilbab, kata para pejabat Istana Elysee (5/11).Pejabat-pejabat Pemerintah Perancis itu menyampaikan komentar tersebut sebagai konfirmasi dari laporan-laporan lewat radio sebelumnya yang menyebutkan Chirac dan PM Jean-Pierre Raffarin akan mendorong penerapan "sebuah UU baru yang sangat ketat" tahun depan.
Bulan lalu Presiden Chirac memberi isyarat kuat ia mendukung larangan penggunaan tutup kepala itu saat memberi sambutan di Kota Valenciennes. Ia mengatakan "sekularisme tak bisa dirundingkan."
Chirac mengatakan Perancis tidak akan membiarkan orang berlindung di balik pemikiran yang menantang dengan berdalih kebebasan beragama untuk melawan UU negara, atau "untuk mengancam prinsip-prinsip suatu masyarakat modern."
Perancis telah terlibat dalam perdebatan pahit mengenai apakah penggunaan penutup kepala Muslim oleh pelajar-pelajar putri di sekolah-sekolah berarti pelanggaran dari prinsip pemisahan urusan agama dengan urusan negara. Perancis telah menerapkan pemisahan antara urusan agama dari urusan negara itu dalam waktu seabad terakhir.(Ant/AFP/DPA/Cih)**