Jakarta, NU Online
Pengurus PBNU hari ini, Kamis (19/5) menerima sejumlah Ulama Thailand dalam kunjungan selama enam hari di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut disampaikan pandangan kedua belah pihak soal keislaman, faham dan gerakan yang selama ini mereka lakukan di tanah airnya masing-masing.
Rombongan di terima langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi beserta jajarannya diantarnya, Prof. Dr. Nazarudin Umar, KH. Masruri, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Dr. Mahfud, Iqbal Sullam, Zakaria Sumantri, Prof. Dr. Sutrisno Hadi dan Dr. Endang Turmudzi. Sedangkan Ulama Thailand terdiri dari Mr. Pra Sarn Sricharoen (central board of Islam in Thailand) , Mr Anas Amatyakul, Mr. Abdul Rahmae Jehsae, Mr. Waedueramae Mamningchy, Mr. Abdurrahman Abd Somad, Mr Abdul Yasis Yanya, Mr Usen Dato, Mr. Abdul Wadud Abd Wahab, Col. Montree Umaree, Mr. Phasit Chanlekha, dan Mr. Saroth Jonjit.
<>Dalam pertemuan ramah tamah tersebut, Hasyim Muzadi menyampaikan bahwa corak Islam di Thailand tidak jauh berbeda dengan NU. Menurut Hasyim yang beberapa waktu lalu berkunjung ke Thailand Selatan mengatakan, semua atribut yang biasa menjadi ciri khas banyak warga NU terutama di kalangan pesantren gampang dijumpai di Pattani. Pattani merupakan salah satu dari tiga provinsi di Thailand Selatan yang mayoritas warganya beragama Islam. Dua provinsi lainnya adalah Yala dan Narathiwat. "Nah sekarang giliran kami (PBNU-red) mengenalkan secara lebih dekat tentang Komunitas NU dan kiprahnya selama ini," ujar Hasyim kepada delegasi Thailand yang juga terdiri dari para guru pesantren ini.
Pertemuan selama hampir 2 jam antara PBNU dengan Ulama Thailand ini adalah pertemuan lanjutan, setelah sebelumnya rombongan PBNU bertemu dengan Raja Thailand Bhumibol Adulyadej dan para Ulama Thailand untuk mencari masukan penyelesaian konflik Muslim di Thailand Selatan. PBNU dua minggu sebelumnya, Selasa (3/5) sempat dikunjungi menemui Menteri Luar Negeri Thailand Kantathi Suphamongkhon dan kedubes Thailand untuk Indonesia.
Para ulama Thailand dalam kesempatan dialog itu meminta kepada Ketua Umum PBNU agar ada kerja sama antara umat Islam di selatan dan NU. Bentuk kerja samanya misalnya dengan pengiriman guru-guru dan dosen dari NU ke Thailand dan sebaliknya serta para pelajar di Thailand selatan bisa bersekolah di pesantren-pesantren NU. Hasyim menyatakan siap membantu masyarakat Muslim di selatan, termasuk dengan tukar-menukar para guru dan pelajar. ''Syaratnya kerja sama itu harus diminta dan dibiayai oleh Pemerintah Thailand. Sebab, NU tidak mau intervensi atau campur tangan dalam masalah dalam negeri Thailand,'' ujar pengasuh Ponpes Al-Hikam Malang ini.
Disamping itu, kata Prasarn Sricharoen, selaku juru bicara mengatakan, saat ini kebijakan pemerintah Thailand terhadap wilayah selatan sebenarnya sudah mulai berubah, terutama sejak pecah kekerasan di Tak Bai dan Krue Se. Berbagai perubahan kebijakan Thaksin terhadap masyarakat Muslim di selatan itu, tidak jauh berbeda dengan usulan atau masukan yang disampaikan delegasi PBNU. Masukan dari delegasi ini juga memperkuat tuntutan yang diajukan oleh sejumlah tokoh oposisi di sidang parlemen. Perubahan itu, juga dituturkan seorang tokoh Muslim, Haji Abdul Aziz. Ia mencontohkan, pemerintah menjatah sekitar 100 orang untuk pergi haji secara gratis dari setiap provinsi di selatan yakni Provinsi Pattani, Yala, dan Narathiwat. Ia juga menambahkan bahwa hanya kelompok kecil saja umat Islam yang menempuh jalan kekerasan.
Usai pertemuan tertutup ini, rombongan akan bertemu dengan Ormas Islam dan tokoh-tokoh agama untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Selanjutnya sore hari akan bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diakhiri dengan kunjungan ke Ponpes As-Sidiqiyah di Kedoya Cengkareng Jakarta Barat. (cih)