Islamabad, NU Online
[Islamabad] Tanggal 28 Mei 2005 di Masjid KBRI Islamabad, Pakistan, PBNU dalam hal ini diwakili oleh Rois Syuriah DR. KH. M. Mashuri Naim, MA telah meresmikan PCI-NU Pakistan. Peresmian yang juga disisi dengan sumpah pengurus tersebut disksikan oleh Ketua Umum Tanfidziah PBNU KH. Hasyim Muzadi dan Duta Besar RI untuk Pakistan H. Anwar Santoso dan para pejabat KBRI dan masyarakat Indonesia di Islamabad. Pengurus PCI-NU Pakistan yang diresmikan adalah Muhammad Niam, LLM selaku Musytasyar, Reza Muhammad, Lc selaku Rois Syuriah dan M. Sodiq Ahmad, Lc selaku Ketua Tanfidziah untuk masa jabatan 2005-2006.
PCI-NU Pakistan yang semula hanya berbentuk paguyuban komunitas NU merubah diri menjadi PCI-NU untuk lebih memperkuat hubungan struktural dengan PBNU di Jakarta. Masyarakat NU di Pakistan menyebar tidak hanya di Islamabad, namun juga di kota-kota lain seperti Lahore, Karachi dan Rawalpindi terdiri dari para mahasiswa yang menuntut ilmu di Pakistan dan beberapa pekerja Indonesia di lembaga asing di Pakistan. Beberapa warga NU di New Delhi juga menyatakan ingin bergabung dengan PCI-NU Pakistan mengingat jumlahnya yang belum memungkinkan untuk membentuk PCI-NU sesuai ketentuan AD/ART NU.
<>Dalam sambutannya, KH. Masjhuri Naim meminta agar pengurus PCI-NU Pakistan menjalankan program dan kegiatan yang bermanfaat, khususnya yang mendukung belajar bagi para kader NU. Kader NU di luar negeri merupakan salah satu ujung tombak NU di dunia internasional, mereka merupakan aset NU yang harus dipelihara, tambah Rois Syuriah PBNU tersebut. Kader NU di luar negeri diharapkan nantinya akan bisa memperjuangkan visi dan misi NU di masa mendatang.
Dalam sambutan Tausyiah dan Doa, KH. Hasyim Muzadi, mengingatkan kepada para nahdliyin di Pakistan agar serius dalam menuntut ilmu dan menyiapkan diri membawa hal positif ke masyarakatnya sepulang ke tanah air. KH. Hasyim mengingatkan tidak semua ilmu agama yang diperoleh di Pakistan tidak bisa diterapkan begitu saja di tanah air mengingat kondisi masyarakat yang mungkin berbeda.
Ilmu agama mempunyai dua aspek yang harus diperhatikan, yaitu substansi (maddah) dan sosialisasi (thariqah) yang mana aspek sosialisasi ilmu agama ini memerlukan pemahaman terhadap kondisi dan situasi masyarakat yang ada agar tidak terjadi benturan dan ketegangan di masyarakat. KH. Hasyim Muzadi juga meminta agar warga nahdliyyin tidak terlibat dalam gerakan-gerakan politik Islam ataupun kelompok garis keras Islam di dunia luar, karena itu tidak ada manfaatnya bagi perjuangan Islam di tanah air. Bangsa Indonesia sudah banyak menghadapi berbagai permasalahan, jangan kita tambah dengan permasalahan baru, tegasnya. KH. Hasyim Muzadi juga menyampaikan bahwa NU sekarang harus melepaskan diri dari liberalisme dan radikalisme dalam rangka meperjuangkan Islam Rahmatan Lil-Alamin.
Sebenarnya kunjungan KH. Hasyim Muazadi ke Islamabad adalah dalam rangka undangan pertemuan Komisi Tokoh Terkemuka OKI (OIC Commission of Eminent Persons) kedua dan terakhir yang diadakan tanggal 27 - 28 Mei 2005 di Islamabad. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh warga nahdliyin Pakistan agar PBNU juga meresmikan keberadaa PCI-NU Pakistan.
Diminta bantu selesaikan masalah Moro
Kunjungan KH. Hasyim Muzadi ke Islamabad ternyata selain dimanfaatkan oleh warga nahdliyin di Pakistan ternyata juga oleh Pemerintah Filipina yang mendengar kunjungan tokoh yang telah meredam gejolak di Thailand selatan tersebut dan ingin meminta masukan dalam penyelesaian masalah Moro. Pihak pemerintah Pilipina rencananya akan mengadakan pertemuan tertutup dengan KH. Hasyim Muzadi seusai sidang OKI di Islamabad.
Kontributor Pakistan: Muhammad Niam