Jakarta, NU Online
Ketua PBNU Ahmad Bagdja menyatakan bahwa PBNU merasa prihatin dengan adanya konflik di tubuh PKB pasca muktamar II yang berlangsung di Semarang 16-19 April 2005. Konflik tersebut disebabkan oleh oleh proses muktamar yang dinilai tidak demokratis.
“Banyak kyai yang lapor ke PBNU dan menyatakan ketidakpuasannya, tak demokratis dan aturan dimanipulasi untuk kepentingan kelompok tertentu,” tandasnya ketika dihubungi NU Online, Kamis (21/04).
<>Mantan anggota Tim Lima pendiri PKB tersebut mengemukakan bahwa akibat kekecewaan tersebut banyak kyai warga nadhliyyin lainnya yang mengirimkan pesan ke PBNU agar mendirikan partai baru karena dinilai PKB sudah tidak bisa diharapkan lagi. “PBNU menilainya hanya sebagai sikap yang emosional saja. Karena itu kami mengharapkan agar semua unsur PKB duduk bersama dan meletakkan kepentingan partai diatas kepentingan lainnya,” tambahnya.
Ditanya tentang kemungkinan jika PBNU diminta untuk menjadi mediator, Ketua Foksika PMII tersebut mengungkapkan bahwa secara institusi PBNU tidak mungkin, namun jika para pengurus sebagai individu diminta, maka bisa saja.
Jika konflik tersebut tak segera terselesaikan maka ada kemungkinan PKB semakin kecil karena banyak kader yang dulu simpati akan berbalik menjadi antipati akibat partai tersebut tidak bisa mengurusi masalah internalnya sendiri.
PKB didirikan oleh tim lima PBNU yang terdiri dari KH Ma’ruf Amin, H. Ahmad Bagdja, HM Rozy Munir, KH Said Aqil Siradj, dan H. Mustofa Zuhad Mughni. Partai ini didirikan dalam upaya untuk menyediakan alat perjuangan warga NU di bidang politik sekaligus menjadi pusat kaderisasi warga NU yang memilih profesi politisi sebagai media perjuangannya.
Hubungan kedua lembaga tersebut secara jelas telah terpatrikan dalam dokumen resmi yang menyertai lahirnya PKB dalam bentuk “Hubungan NU-PKB” dan “Mabda Siyasi”.
Karena itulah dalam catatan mantan tim lima pendiri PKB yang disampaikan menjelang berlangsungnya muktamar, mereka mengharapkan agar PKB mengingat kembali fitrah kelahirannya untuk menghidupkan kembali semangat dan ruh hubungan NU-PKB untuk kepentingan perjuangan di masa depan.
Sebelumnya PKB juga didera konflik dengan adanya PKB tandingan versi Matori Abdul Jalil pasca kejatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan. Konflik tersebut baru terselesaikan menjelang pemilu 2004 lalu.(mkf)