Dua kubu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang berseteru, kubu Gus Dur dan Muhaimin Iskandar dalam Muktamar Luar Biasa (MLB) yang mereka selenggarakan mengklaim sebagai satu-satunya yang sah dan paling memperhatikan massa NU.
Klaim sebagai partai yang paling didukung NU tampaknya penting mengingat yang punya umat adalah NU, apalagi PBNU dalam sejarahnya yang mendirikan partai ini.<>
Dalam pembukaan MLB versi Gus Dur yang diselenggarakan 30 April lalu di PP Al Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor, Ketua PBNU KH Masdar F Mas’udi dan Dr. Andi Jamaro Dulung datang ke acara tersebut.
Ketua umum terpilih Ali Maskur Musa mengklaim kedatangan kedua tokoh NU tersebut merupakan bentuk perhatian dan harapan terhadap PKB yang dipimpin oleh Gus Dur.
Pada pembukaan MLB versi Muhaimin yang diselenggarakan di Ancol Jum’at (2/5), sejumlah pengurus PBNU juga hadir. Mereka di antaranya KH Saifuddin Amsir (Rais Syuriyah), KH Said Agil Siradj (Ketua Tanfidziyah), H Ahmad Bagja (Ketua Tanfidziyah) KH Masyhuri Naim (Rais Syuriah), Dr. Endang Turmudzi (Sekretaris Jenderal), Taufiq R. Abdullah (Wakil Sekretaris Jenderal), Anas Thahir (Wakil Sekretaris Jenderal), dan Saiful Bahri Ansori (Wakil Sekretaris Jenderal).
Banyaknya tokoh NU yang datang ke acara Muhaimin Iskandar ini menimbulkan kesan bahwa PBNU lebih condong ke fihak PKB versi Muhaimin. Lalu bagaimana sikap yang PBNU sebenarnya?
“NU tidak memihak, kita tidak menilai mana yang sah dan mana yang tidak. Kedatangan kita ya seperti kedatangan Pak Masdar dalam acara PKB versi Gus Dur di Parung,” tutur Sekjen PBNU Endang Turmudi.
Yang jelas, PBNU sangat berharap partai yang didirikannya ini bisa utuh kembali seperti semula. Ini sudah mau pemilu, sayang banget, captive marketnya sudah ada. Sambil tidur saja dapat suara,” ujarnya.
Doktor lulusan sebuah Australia ini menjelaskan berdasarkan riset yang dilakukan untuk disertasinya tentang hubungan kiai dan masyarakat, Diketahui bahwa afiliasi masyarakat di bawah kepada kiai atau tokoh panutannya. Jika para tokohnya terpecah belah, tentu suara masyarakat juga akan terpecah mengikuti pimpinannya. “Orang di bawah bukan memilih partai, tetapi mengikuti anjuran figur,” ujarnya. (mkf)