Warta

PBNU Dorong Muslimat Perkuat Majelis Taklim

Senin, 31 Oktober 2011 | 12:34 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali dorong Muslimat NU DKI Jakarta untuk memperkuat majelis taklim-majelis majelis taklimnya sebagai upaya menjaga dan mempertahankan ajaran ahlusunnah wal jamaah.

DKI Jakarta merupakan pintu gerbang menghadapi berbagai budaya, baik positif maupun negative yang datang dari luar sehingga peranan Muslimat NU sangat penting.
<>
“Kita berhadapan langsung dengan tuntutan globalisasi, pornografi, narkotika maupun berbagai ideologi yang semuanya bermula di Jakarta,” katanya ketika membuka acara Pelatihan Kepemimpinan Muslimat NU DKI Jakarta, Senin (31/10) di kawasan Mampang Jakarta Selatan.

Majelis taklim, menurut mantan Wakabin ini, dapat menjadi ujung tombak yang efektif karena dapat menjadi tempat memberi bimbingan kesadaran keagamaan yang benar bagi masyarakat.

Apalagi saat ini Indonesia sedang marak ideologi sekuler, yang membolehkan segalanya dan ideologi fundamentalis, yang segala sesuatunya dilarang.

Sekularisme mendorong pada pragmatisme, semua serba mewah dan bergelimangan uang, tetapi demi kepentingan sesaat. “Uang memang menyenangkan tetapi membahayakan karena beragama harus dengan keikhlasan dan harus diingat bahwa fitnahnya umat Muhammad adalah harta,” katanya.

Kelompok sekuler menguasai ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan kelompok fundamentalis kini juga menguasai berbagai institusi pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan ajarannya.

Sementara itu, kelompok fundamentalis menganggap hanya dirinya sendiri yang benar dan kelompok yang lain salah. Diantara mereka bahkan ada yang menggunakan cara-cara kekerasan dengan mengatasnamakan jihad untuk menjalankan tujuannya.

“Tugas kita, orang NU berat karena sebagai kelompok tengah merupakan wasit, menjaga dua kelompok yang bertanding, kalau salah, disalahin, kalau benar, tidak mendapat kehormatan,” paparnya.
 
Saat ini NU juga telah memasuki sektor-sektor strategis, meskipun komposisi pendidikannya masih didominasi lingkungan pesantren sehingga penyebaran kadernya harus semakin diperluas sehingga komunitas NU tidak ketinggalan dengan kelompok lain.

“Ibu-ibu Muslimat NU sekarang tak kalah cantik dengan orang lain,” jelasnya.

Ia juga mengapresiasi ibu-ibu Muslimat NU yang selama ini merupakan badan otonom NU yang paling sukses dalam pengelolaan ekonominya.

Penulis: Mukafi Niam


Terkait