Warta

PBNU Dikunjungi Delegasi Muslim Australia

Senin, 4 April 2005 | 12:13 WIB

Jakarta, NU Online
Partisipan Program Pertukaran Muslim dari Australia mengunjungi kantor PB NU, senin siang (04/3). Para partisipan tersebut terdiri dari 4 delegasi Muslim Australia, yang berasal dari Kota Melbourne dan Sidney. Mereka diterima oleh Sekjen PB NU, Dr. Endang Turmudzi, dan beberapa lembaga dan badan otonom NU, seperti IPNU, IPPNU, Fatayat, dan NU Online.
 
Mereka bermaksud untuk mencoba mempelajari dan memahami masyarakat muslim, serta organisasi-organisasi Islam yang ada di Indonesia. Sengaja mereka mendatangi awal PB NU, karena mereka tahu NU adalah organisasi social-kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Menurut salah satu participan, Mr Nedel El-Ghattis dalam pertemuan tersebut, sangat penting untuk memahami kondisi perkembangan Islam di Indonesia. “Indonesia adalah salah satu negara berpenduduk Islam terbesar di dunia,”kata Nedel. Lanjutnya, ini dapat dijadikan media sharing komunikasi antar komunitas Moslem di Indonesia dengan mereka, yang mewakili komunitas Muslim Australia.

Pada pertemuan tersebut, Dr. Endang menceritakan latar belakang pendirian Nahdlatul Ulama, misi pendidikan dan sosial-kemasyarakatan, serta perjalanan NU iu sendiri. “NU berkepentingan untuk mengembangkan citra Islam yang moderat, tidak seperti yang disangkakan oleh negara-negara barat,” kata Sekjen PB NU ini. NU selalu mengedepankan nilai-nilai pluralisme dan semangat kebangsaan, “lanjutnya.

<>

Dalam diskusi yang berlangsung sekitar 2 jam tersebut, setiap lembaga dan banom yang hadir turut memberikan gambaran terhadap program-program yang dilakukan oleh lembaganya. Didapati kemudian, bahwa ternyata  apa yang menjadi concern IPNU dan IPPNU dalam hal pengembangan motivasi remaja, juga menjadi fokus perhatian beberapa lembaga sosial kepemudaan yang ada di Australia. “Sangat mungkin kita menjalin kerjasama program berkaitan dengan isu remaja tersebut,” kata Monique Toohey. Karena lembaga mereka selalu memberikan bantuan donasi kepada beberapa lembaga kepemudaan di luar Australia dalam pengembangan programnya.

Mereka kemudian memahami karakter organisasi NU dan komunitas masyarakatnya itu sendiri. Menurut mereka sebenarnya di Australia cukup kondusif bagi pengembangan dakwah Islam, selain kultur masyarakat yang terbuka, tekanan negara juga tidak ada. Semisal pemakaian jilbab yang tidak ada pelarangannya dalam profesi dan kondisi apapun. Mungkin berbeda kondisinya seperti di Perancis.

Sebagian besar warga Muslim di Australia, merupakan keturunan beberapa negara Islam, seperti Turki, Palestina, dan India. Walaupun demikian mereka tetap akan menjalankan misi syiar dan pencitraan Islam yang simpatik. Mereka diakhir diskusi berharap hubungan antar komunitas Islam di Indonesia, khususnya dengan NU dapat dipelihara jalinannya dengan baik.(Odie)


Terkait