Warta

Pak Ud: Jangan Layani Malaysia di Laut

Sabtu, 5 Maret 2005 | 00:30 WIB

Surabaya, NU Online
Mantan pejuang yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) mengimbau militer Indonesia jangan melayani Malaysia di laut jika benar-benar terjadi "clash" RI-Malaysia.

"Saya berharap clash RI-Malaysia seperti di zaman Bung Karno tak terjadi, tapi kalau akhirnya terjadi ya jangan dilayani di laut atau udara, layani di daratan Kaltim-Kalbar saja," katanya di Surabaya, Sabtu.

<>

Ia mengemukakan hal itu menanggapi klaim Malaysia atas batas laut dekat Sipadan-Ligitan yang merupakan blok Ambalat, bahkan Malaysia sudah memberi konsesi kepada perusahaan tambang minyak raksasa, Shell, pada 16 Februari lalu, sehingga TNI-AL mengirim empat KRI ke perairan lepas Sabah.

Menurut putra pendiri NU KH Hasyim Asy’ari itu, jika clash terjadi di laut atau udara, maka pemerintah Indonesia harus jeli melihat kemungkinan Malaysia didukung Shell, sehingga kasus lepasnya Sipadan-Ligitan akan terulang.

"Kalau kita tak hati-hati, maka kita akan kehilangan pulau lagi, karena itu Bung Karno mengingatkan dengan istilah ’jas merah’ atau jangan sampai melupakan sejarah, khususnya sejarah clash RI-Malaysia di masa silam," katanya.

Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim itu menambahkan pengalaman Sipadan-Ligitan menunjukkan perlunya jalur diplomasi diprioritaskan dan jika clash tak terhindarkan maka sebaiknya dilayani di daratan.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto ketika melapor ke presiden (3/3) menegaskan bahwa Indonesia akan menempuh solusi damai dengan berpegang pada prinsip hukum internasional yakni Malaysia bukan negara kepulauan yang berhak mengklaim batas wilayah laut lebih dari 12 mil laut.

Sementara itu, Menlu Malaysia Syed Hamid Albar kepada pers di Malaysia (3/3) mengaku pihaknya sudah menguji bukti-bukti hak sebelum menyetujui pemberian konsesi dari Petronas Malaysia kepada perusahaan tambang minyak raksasa, Shell.(ant/mkf)


Terkait