Warta

Nyadran Sambut Ramadhan (2-habis)

Jumat, 1 Juli 2011 | 00:14 WIB

Suwartono (45), ketua panitia Nyadran di Dukuh Sentono, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Semarang, mengatakan, kambing yang akan disembelih berjumlah 45 ekor merupakan sedekah warga. Pemilik kambing yang bersedekah tersebut justru sebagian besar bukan merupakan warga Ngijo.

”Biasanya, mereka menyedekahkan kambing karena merupakan nadzar. Yakni melunasi janji yang pernah diucapkan. Mereka malah banyak yang dari luar kampung kami. Ada yang dari Comal, Jetis, Jakarta, Kendal, bahkan Jambi dan daerah lainnya,” jelas warga Dukuh Sentono ini. <>

Dia menambahkan, Nyadran tersebut dilaksanakan tiap bulan Rajab atau Ruwah (Sya'ban) dan harus pada Kamis Wage sebagai ritual menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

"Prosesi nyadran biasanya mulai dari bersih-bersih makam, lalu iqroul qur’an (baca A'-Qur'an: Red), tahlilan, pengajian, dan puncaknya makan bersama-bersama di kompleks makam,” tambahnya.

Selain di Ngijo, ada pula Nyadran di Kampung Krajan Kelurahan Sadeng Kecamatan Gunungpati. Dalam acara tersebut, seribuan warga Sadeng dan seitarnya, bahkan dari luar Gunungpati, membawa seperangkat sajian khas desa. Mereka  berduyun-duyun datang ke tiga makam desa setempat.

Ketika seluruh peserta upacara adat tersebut telah berkumpul, mereka bersama-sama memanjatkan doa kepada Gusti Allah untuk para leluhur mereka yang telah sumare di maqbaroh tersebut.

Dipimpin salah satu pemuka agama setempat, ribuan warga terdengar serempak membaca aamiin dan meriuhkan suasana makam. Setelah doa, upacara Nydaran dilanjutkan pengajian memperingati Isra Miraj Nabi Muhamad SAW di masjid Al Barokah tak jauh dari makam.

“Upacara adat itu merupakan bentuk rasa syukur kami kepada Gusti Allah yang senantiasa memberikan kami kenikmatan,” kata Abdul Ghofur, sesepuh desa. 

Selain itu, kata dia, hal itu dilakukan sebagai penghormatan kepada para leluhur. Manfaat lain yang sangat besar, adalah terjalinnya kerukunan antar warga.

“Upacara adat ini menjadi sarana warga sini dan warga daerah lain keturunan para leluhur yang dimakamkan di tempat ini untuk mengirim doa secara kepada leluhur. Serta mengingatkan bahwa setiap manusia pasti mati,” lanjutnya.

Melalui kegiatan ini, lanjutnya, diharapkan silaturahmi warga dan para keturunan leluhur setempat yang mukim di luar Sadeng dapat terus terjaga.

”Upacara adat Nyadran ini kami lakukan setiap menjelang Ramadhan bertepatan dengan hari Isra Miraj,” kata dia.

Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Muhammad Ichwan DS


Terkait