Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Lajnah Falakiyah (LFNU) menyatakan hari raya Idul Fithri Jatuh pada hari Ahad. Ini dikarenakan berdasarkan perhitungan hisab posisi hilal masih rendah sehingga tidak mungkin bulan bisa dilihat. Atas dasar itulah maka puasa diistikmalkan atau disempurnakan menjadi 30 hari.
“Menurut perhitungan hisab penyerasian Lajnah Falakiyah PBNU posisi hilal pada Jum'at sore 12 November 2004 ketika matahari terbenam di seluruh Indonesia masih di bawah ufuk. Posisi hilal di Jakarta berada pada ketinggian -3'18'. Jika memenuhi kriteria imkanurrukyat (visibilitas melihat bulan sabit) yaitu minimal ketinggian hilal berada pada 2° dalam umur 8 jam, maka almanak PBNU menyatakan bahwa hari raya Idul Fitri jatuh pada Ahad 12 November 2004,” ungkap KH Ghozali Masroeri kepada Nu Online, Jum'at (12/11).
<>Ditempat terpisah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengikhbarkan (menyampaikan kabar) bahwa lebaran Idul Fitri 1425 H jatuh pada tanggal 14 Nopember, karena rukyatul hilal gagal dilakukan pada 12 Nopember. "Tim rukyat yang diterjunkan ke berbagai lokasi di Jatim tidak berhasil merukyat hilal, sehingga hari raya Idul Fitri jaatuh pada tanggal 14 Nopember," kata Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftahul Akhyar di Surabaya, Jumat malam. Didampingi Katib KH Hasyim Abbas, Ketua PWNU KH Drs Ali Maschan Moesa MSi, dan Sekretaris PWNU Jatim H Masyhudi Muchtar MBA, ia menjelaskan PWNU meminta maaf kepada seluruh warga nahdliyyin dan umat Islam di Jatim.
"Tanggal 1 Syawal 1425 H jatuh pada Ahad tanggal 14 Nopember, karena ijtimak (pertemuan rembulan-matahari) terjadi pada 12 Nopember pukul 21.30 WIB, sehingga posisi hilal sulit dirukyat dan Ramadhan di-istikmal-kan (digenapkan) menjadi 30 hari," katanya. Sejumlah lokasi rukyat di Jatim yang digunakan PWNU Jatim antara lain Ujungpangkah, Gresik; Tanjungkodok, Lamongan; Nambangan, Surabaya; Kembangan, Gresik; Ambet, Pamekasan; Gebang, Bangkalan; Pulau Gili, Probolinggo; dan Pantai Serang, Blitar.
Tak ada Perbedaan dengan Muhamadiyah
Secara terpisah, Wakil Sekretaris PWM Jatim H Nadjib Hamid S.Sos mengatakan Muhammadiyah Jatim menetapkan lebaran Idul Fitri 1425 H jatuh pada tanggal 14 Nopember, karena hilal pada tanggal 29 Ramadhan 1425 H (13 Nopember) belum wujud (belum ada), sehingga Ramadhan digenapkan 30 hari. "Karena itu, Ahli Hisab Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI) PWM Jatim menetapkan 1 Syawal 1425 H jatuh pada 14 Nopember sesuai hasil perhitungan hisab haqiqi yang bermarkas di Tanjungkodok, Paciran, Lamongan," katanya.
Sementara itu, takmir Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya belum memutuskan apa-apa, meski mereka berbeda mengawali tanggal 1 Ramadhan 1425 H, karena NU-Muhammadiyah berpuasa pada 15 Oktober, namun Masjid Ampel justru mengawali pada 16 Oktober. Hal yang sama juga dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Daerah Surabaya yang baru memutuskan awal Syawal pada pukul 00.00 WIB. "Kami belum dapat memutuskan, karena kami masih menunggu informasi dari wilayah barat," kata Humas HTI Surabaya, Iffah. (cih)