Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat siap mengayomi, melindungi dan mengembangkan pendidikan berbasis kerohanian melalui surau, mushalla, masjid, pondok pesantren dan pengamalan tharekat mu'tabarah. Multikrisis yang melanda kehidupan berbangsa saat ini disebabkan kekeringan jiwa dari nilai-nilai kerohanian.
Wakil Ketua PWNU Sumbar DR. Dasril MA mengungkapkan hal itu pada tablig akbar dan zikir bersama dalam peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw di Surau Shiratal Mustaqim, Pasir Jambak, Padang, Jumat (18/2/2011) malam. Tabliq Akbar menghadirkan Ketua PW Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah Sumbar Prof.DR. Salmadanis MA, dan zikir dipimpin Wakil Rais Syuriah PWNU Sumbar Usdtadz Shiratal Mustaqim dihadiri ratusan jamaah.<>
Menurut Dasril, jamaah surau Shiratal Mustaqim dan warga NU diminta mengembangkan nur kerohanian. Dimana pun berada, harus siap mengembangkan nur kerohanian. "Segenap jajaran NU Sumbar selalu memperhatikan pusat-pusat pendidikan kerohanian di masyarakat. Aksi saling tuding, merasa benar sendiri, melakukan tindak kekerasan, tawuran, semuanya itu disebabkan umat ituu sendiri yang tidak berfungsinya pendidikan kerohanian di tengah masyarakat, kata Dasril.
Meski dalam lagu kebangsaan Indonesia, terdapat Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, kenyataannya sekarang yang lebih diperhatikan hanyalah bangun raganya. Sementara jiwanya nyaris kosong dari keimanan, nilai-nilai kerohanian. Untuk itu, harus dihidupkan cahaya kerohanian umat di pusat-pusat pendidikan kerohanian umat tersebut.
Sementara itu, Salmadanis menyebutkan kecintaan umat kepada Nabi Muhammad Saw saat ini sudah amat menurun.Orang sudah enggan bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk itu, melalui peringatan Maulud ini kita harus lebih dapat meningkatkan kecintaan kepada Nabi melalui salawat dan berzikir. Karena Nabi sudah wafat 14 abad lalu, maka salah satu bentuk kecintaan itu dialihkan kepada ulama dengan memuliakannya. Masalahnya, sekarang umat tidak lagi memuliakan ulamanya.
Terkait dengan zikir, kata Salmadanis yang dosen IAIN Imam Bonjol Padang ini, perlu kajian 18 SKS. Sekarang sebagian orang menganggap remeh zikir, bahkan ada yang menentangnya. Padahal zikir salah satu identitas kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw. Orang tanpa berzikir ibarat hidup segan mati tak mau, alias hidup "maranggek".
Usai tablig akbar dilanjutkan pengumpulan dana pembangunann surau Shiratal Mustaqim yang diketuai AKPB Arum Priyono. Sebanyak Rp 17 juta terkumpul dari jamaah. "Luas bangunan surau Shiratal Mustaqim 132 m2, teras 46 m2 dan WC 7,5 m2. Dana yang dibutuhkan sebesar Rp 370 juta. Dana tersedia lebih kurang Rp 160 juta," tambah Darmansyah yang membidangi pembangunan. (arm)