Warta

NU Pertama kali Bersihkan Masjid Raya

Kamis, 13 Januari 2005 | 04:31 WIB

Jakarta, NU Online
Masjid Raya Baiturrahman, yang menjadi landmark Kota Banda Aceh dan masih berdiri kokoh tak lekang diterjang badai, mulai dibersihkan setelah hampir empat hari sejak badai tsunami menimpa halaman bagian dalamnya digenangi air serta gelimpangan mayat dan kotoran. Namun pernahkan anda membayangkan bisakah di gunakan untuk beribadah jika belum dibersihkan ?

Tentu tidak jawabannya. Lantas siapa pertama kali membersihkan ? ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nangroe Aceh Darussalam Teungku Drs. H. Nuruz Zahri kepada NU Online mengatakan, Nahdlatul Ulama lah yang pertama kali mengambil prakarsa membersihkan masjid kebanggaan penduduk Aceh tersebut. Tentu saja tidak sendiri, NU bersama TNI, relawan dan warga NU yang selamat.

<>

Ia menceritakan, Saat membersihkan sampah dan masjid yang tergenang kotoran itu, para warga NU dan prajurit harus bekerja keras dan berhati-hati menggali reruntuhan karena khawatir di balik reruntuhan itu masih terdapat mayat korban bencana. Di Masjid Baiturahman sendiri, kata Nuruz Zahri ditemukan paling tidak enam mayat yang langsung dibawa ke tempat pemakaman massal di Desa Lambaro, sekitar 10 km dari Banda Aceh.

"Sedangkan kondisi di luar masjid raya sangat semrawut, mayat manusia bergelimpangan di mana-mana. Di jalan-jalan, di reruntuhan bangunan dan genangan air, terserak tubuh-tubuh mayat yang sudah menghitam dan menebarkan bau busuk, belum lagi kotoran pekat berwarna hitam masih menggenangi pelataran masjid, potongan kayu dimana-mana berserakan bersama perabot rumah tangga, itulah kondisinya saat itu, " kenang Nuruz Zahri.

Saat itu, kata mantan Rais Syuriah PWNU NAD, kondisi dalam masjid agung memang tidak mengalami kerusakan berarti, hanya bagian menara masjid saja yang retak dan di bawah jendela utama menara terdapat retak sepanjang tiga metar, kaca-kaca jendela juga ikut pecah, namun secara umum bangunan masjid masih utuh. Relawan dan TNI ketika itu papar Zahri, berusaha membersihkan halaman dalam dari kotoran dan air yang sempat menggenangi sekitar 5 cm persis di tangga naik halaman masjid.

"Setelah masjid terlihat bersih, Adzan Dzuhur pertama kali sejak gempa dan tsunami pun di perdengarkan dengan pengeras suara, seperti hari-hari biasanya. Banyak warga berdatangan sholat, termasuk TNI dan para relawan," cerita Zahri yang juga turut bahu membahu membersihkan masjid bersama ketua huda, H. Agun Talabu, ketua Huda, H. Faisal Ali. Ketika itu sekitar 300 orang mengikuti shalat dzuhur berjamah di Masjid Baiturrahman untuk pertamakalinya, Minggu (31/12) sholat di imami oleh Teungku Dr. H. Azman Ismail, imam agung Masjid Raya Baiturrahman yang selamat dari amukan tsunami.

Kini berdasarkan pantauan NU Online ketika berkunjung ke Banda Aceh, kondisi masjid tersebut sudah mulai pulih. Masyarakat sudah mulai melakukan aktivitas seperti biasanya, pasokan air bersih untuk wudhu juga sudah memadai. Namun seusai shalat Isya, para jama'ah  diminta oleh petugas masjid untuk meninggalkan masjid karena masjid belum bisa dibuka 24 jam sebagaimana sebelumnya. Seusai shalat Isya aparat keamanan tampak bersiaga di sekeliling mesjid yang dibangun di zaman Belanda tersebut. (cih)


Terkait