Siapa pun calon walikota (Cawali) Surabaya mesti mempertimbangkan elite dan warga NU di kota ini. Sebab, 51,5% lebih warga Kota Pahlawan ini mengidentifikasi dirinya sebagai warga Nahdliyyin.
Data itu berdasar survei yang dilakukan Isra Ramli dari AHA Political Consulting Jakarta pada 25 Agustus hingga 3 September 2009 lalu. Survei dengan metode multistate random sampling ini mengambil sampel 420 responden.<>
"NU adalah faktor politik sangat penting dalam pilwali Surabaya nanti. Sebanyak 5 dari 10 warga kota ini adalah warga NU. Karena itu, dukungan warga NU sangat penting bagi siapa pun untuk bisa memenangi pilwali Surabaya nanti," kata Isra Ramli seperti dilansir beritajatim.com.
Mengingat pentingnya posisi politik warga NU dalam pilwali Surabaya, bakal cawali Fandi Utomo menyatakan pihaknya telah menjalin komunikasi dan merajut sinergi dengan berbagai tokoh NU, baik di jalur struktural maupun kultural. "Saya terus berkomunikasi dan kontak dengan mereka," katanya. Memang, selama ini Fandi Utomo dikenal dekat dengan Ketua PCNU Surabaya, KH Syaiful Chalim.
Nama Arif Afandi juga dikenal sebagai tokoh NU dan dekat dengan kalangan tokoh serta kiai NU di Jatim. Mantan aktivis HMI UGM Yogyakarta ini memiliki banyak jaringan dengan kiai dan tokoh NU di Jatim maupun nasional. Arif dekat dengan Ketua Umum GP Ansor yang sekarang menjabat Wagub Jatim, Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Tak jarang Gus Ipul bersama Arif Afandi bergerak ke level bawah untuk "mengkomunikasikan" rencana Arif bertarung dalam pilwali Surabaya tahun 2010 nanti.
"Akseptabilitas calon di hadapan warga NU akan menjadi faktor dan isu yang menentukan kemenangan. Meskipun tak bersifat otomatis apalagi niscaya bahwa calon yang didukung secara formal dan informal oleh warga NU, memiliki peluang menang yang paling besar," jelasnya.
Temuan lain dari hasil survei, kata Isra, masih belum tingginya tingkat popularitas calon--terkecuali Bambang DH--di hadapan pemilih. Isra mengemukakan, tingkat Bambang DH sebagai incumbant berada di level tertinggi dengan 83,1%, lalu Arif Afandi dengan 55,7%, dan Fandi Utomo yang muncul di posisi ketiga calon terkuat di bawah Bambang DH dan Arif Afandi tingkat popularitasnya hanya 13,1%.
"Itu artinya, semua calon mesti berkampanye dan bersosialisasi secara massif. Dengan sisa waktu yang ada, menerapkan metode kampanye yang cerdas dan efektif serta didukung logistik yang memadai, bukan tak mungkin Fandi Utomo akan bisa mengungguli perolehan dukungan pemilih dalam beberapa bulan ke depan," jelasnya.
Fakta lain yang ditemukan dari survei ini, menurut Isra, kendati terlihat gencar pemberitaan yang dilakukan sejumlah calon dalam beberapa bulan terakhir, ternyata belum mengurangi secara signifikan ketidaktahuan pemilih terhadap siapa saja bakal cawali Surabaya yang akan berlaga. "Masih terdapat 36,9% pemilih yang tak mengenal satu pun calon yang namanya telah beredar luas di media massa," ungkap Isra Ramli. (mad)