Solo, NU Online
KH Mas Subadar mendesak orang-orang Jaringan Islam Liberal (JIL) yang masuk dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama di pusat maupun daerah dibersihkan. “Muktamar sekarang ini yang paling penting dan mendesak segera diputuskan adalah membersihkan orang-orang JIL dari NU. Jangan ada orang JIL di NU,” ujar salah satu kiai sepuh NU yang kini menjadi Wakil Rais Syuriah NU Jawa Timur.
Permintaan Subadar itu disampaikan kepada NU Online, Sabtu (27/11) disela-sela pembukaan muktamar ke-31 di Asrama Haji Donohudan Solo.
<>Alasan Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Pasuruan ini pemikiran JIL tidak cocok dengan pemikiran NU. Bahkan Kiai Subadar menuduh JIL telah melanggar Qonun Asas NU (landasan dasar NU), yakni pidato penting Rois Akbar KH Hasyim As'ary pada
Muktamar NU ke III 1928 di Surabaya dan Muktamar ke IV 1929 di Semarang. “Kalau Negara Indonesia, JIL ini sudak melanggar Pancasila dan UUD 45,” katanya.
Kiai Subadar juga melarang anggota JIL menjadi pengurus di Badan Otonom (Banom) NU meskipun cerdas dan mempunyai potensi yang besar. Menurutnya selama ini pemikiran JIL banyak yang menyimpang dari Ahlussunnah Waljamaah. Ia mencontohkan pernyataan Koordinator JIL Ulil Absor Abdalla yang juga Wakil Ketua Lajnah Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya(Lakspesdam) NU bahwa Al Quran itu bukan kitab suci, hanya sebuah sejarah dan budaya.
Selain itu juga pernyataan Masdar Farid Mas'udi, Khatib Syuriah PBNU yang menyatakan bahwa haji itu tidak harus pada bulan haji (Dzulhijjah) bahkan bisa dilakukan setiap bulan. “Banyak pernyataannya yang menyinggung NU,” paparnya.
Sementara itu ditemui deisela-sela menjelang pembukaan muktamar di salah satu hotel di kawasan Solo, Ketua PWNU Jatim KH Ali Maschan Moesa, mengakui saat ini ada wacana dikalangan kiai sepuh yang menyatakan NU harus bersih dari orang-orang JIL. “Orang-orang liberal itu harus tetap dihargai sebagai warga NU. Tapi untuk dijadikan pengurus perlu pertimbangan,” jelasnya. (cih)