Warta

NU dan Muhammadiyah Tidak Banyak Berbeda

Rabu, 16 Juli 2003 | 02:11 WIB

Jakarta, NU Online
“NU dan Muhammadiyah tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena kedua-duanya merupakan organisasi Islam di Indonesia,” Ungkap KH Hasyim Muzadi ketika ditanya delegasi dari Wakil Menlu Jerman Kirsten Muller mengenai perbedaan NU dan Muhammadiyah.

KH Hasyim Muzadi menjelaskan bahwa dari latar belakangnya NU tumbuh secara kultural dalam masyarakat, baru diorganisasikan dalam wadah jam’iyyah NU, sementara Muhammadiyah membentuk organisasi dulu, baru kemudian mengembangkan komunitasnya. Ini menyebabkan basis anggota NU banyak berada di daerah pedesaan sedangkan Muhammadiyah di perkotaan.

<>

Kondisin ini menyebabkan NU tumbuh lebih besar dan lebih cepat daripada Muhammadiyah karena memang didasari pada kesamaan tradisi diantara anggotanya. Akan tetapi Muhammadiyah memiliki kelebihan dalam bentuk organisasi yang lebih tertib dan rasional. Pendidikan warga NU banyak yang berbasiskan pesantren sedangkan Muhammadiyah di sekolah umum.
 
Namun demikian, dalam masa yang akan datang, perbedaan tersebut akan semakin mengecil karena dengan adanya kesempatan pendidikan yang sama, memungkinkan warga NU memperoleh pendidikan yang layak dengan didasari pengetahuan agama yang kuat.
 
“Saat ini modernisasi sebagai lambang Muhammadiyah dan tradisionalisme sebagai cap NU sudah tidak layak lagi karena saat ini sudah banyak kader NU dengan pemikiran-pemikiran dan ide pembaharuan jauh ke depan,” ungkap Hasyim Muzadi.

KH Hasyim Muzadi menceritakan bahwa pengembangan NU pertama kali dikomunikasikan dengan budaya silaturrahmi, dan selanjutnya baru kemudian dibantu administrasi organisasi. “Dan saat ini NU sudah memiliki sistem komunikasi canggih dengan jaringan internet NU Online,” ungkapnya.

Dengan jumlah anggota yang besar mengorganisasikan anggota NU tidak terlalu sulit karena budaya sudah terlebih dulu terbentuk baru organisasinya. Tapi secara struktur sudah ada organisasi yang rapi mulai dari Pengurus Besar NU di tingkat pusat, pengurus wilayah di tingkat propinsi, pengurus cabang di tingkat kabupaten, pengurus  anak cabang ditingkat kecamatan, dan pengurus ranting di tingkat desa.
 
KH Hasyim Muzadi menjelaskan bahwa kegiatan NU Mencakup semua aspek civil society seperti pendidikan, agama, ekonomi, kebudayaan, dan juga masalah kebutuhan masyarakat yang sedang berkembang. Dan hal ini didukung oleh badan otonom yang ada dibawah NU yang meliputi organisasi pelajar, mahasiswa, wanita, pemuda, dll.

Warga NU juga dapat bergerak dalam bidang partai politik, namun harus melalui partai politik karena memang NU bukan organisasi politik. “Tetapi NU memberi sumbangan terhadap politisi, terutama hubungan agama dan negara dan menciptakan keadilan di dalamnya nu berpolitik secara kebangsaan bukan kepartaian,” Tegas Hasyim Muzadi.(mkf)


Terkait